Kompol. Banyu Erni Juarsih, SH

Kompol. Banyu Erni Juarsih, SH

Iklas Dalam Bekerja

\"Untitled\" \"b1\"KOMPOL Banyu Erni Juarsih SH  adalah rikandi di Korps seragam  cokelat ini, dipercaya menjadi Kepala Polsek Selebar, Kota Bengkulu. Dia merupakan satu-satunya Kapolsek perempuan di Kota Bengkulu. \"Menjadi perempuan itu harus maju, tidak hanya laki-laki saja yang bisa  maju,\" ujarnya. Untuk meraih prestasi itu jelas punya lika-liku yang panjang. Namun dengan usaha, kesempatan dan juga keberuntungan, maka kita bisa meraihnya. \"Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak, \"tutur Banyu. Terhitung 23 Juli 2013, perempuan kelahiran Bekasi, 22 Maret 1976, Kompol Banyu  Erni Juarsih resmi menjadi Kapolsek Selebar.  Ia diambil sumpahnya oleh Kapolda Bengkulu  Brigjen Pol Beny Mokalu. Merupakan polisi wanita pertama bertugas di Bengkulu. Saat ditemui di Ruang kerjanya, Banyu, tampak berwibawa dengan balutan pakaian dinasnya.  Namun ramah  terhadap siapapun. Dalam tugasnya, selalu mengedepankan sikap profesionalisme. Bahasa tubuh dan caranya berbicara, lugas dan fleksibel. Menjadi aparat penegak hukum rupanya menjadi cita-citanya sejak kecil. Dia mengaku  kagum dengan sosok polisi yang setiap kali dilihatnya, ketika berangkat sekolah. Lulus SMA, ia berharap ikut tes kepolisian, keinginanya itu  ditentang ayahnya H Enthejep Djaya,  maklum anak pertama  dari dua bersaudara ini diharapkan mampu mengenyam dunia pendidikan lebih tinggi. Banyu pun mengikuti keinginan sang ayah, ia mendaftar di jurusan Fakultas Hukum  Universitas Borobudur,  lulus dengan gelar Sarjana Hukum. Impianya untuk menjadi pilisi wanita kian mengebu. Ia mengikuti tes penerimaan perwira di Polda Metrojaya. Kesempatan emas itupun  diambil, dari ribuan peserta, hanya 50 orang  Polwan se-Indonesia yang lulus. Banyu  masuk dalam Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS), setelah lulus bersaing dengan ribuan peserta. \"Alhamdulillah, saya lulus, \" katanya. Usia pendidikan, langsung bertugas di Bengkulu pada tahun 2000, pasca tragedi Gempa hebat di Bengkulu. \"Dari 10 orang, hanya saya perempuan sendiri, itu kali pertama saya di Bengkulu,  dan saya tidak memiliki sanak famili, \" katanya. Kondisi Bengkulu saat itu porak poranda, jalan hancur akibat gempa dan banyak lagi, Banyu mengaku sempat linglung, namun secepatnya untuk beradaptasi. Dia diajak rekanya yang merupakan warga asli Bengkulu untuk tinggal bersama keluarganya dan saat itu ia  menjadi ayah dan ibu angkat saja. Setahun di Polresta, dipindahkan di Polda Bengkulu menjadi Staf Pribadi (spri) Kapolda Bengkulu, Brigjend Dwi Purwanto, kariernya terus meningkat,  ia pernah ditugaskan di Reserse kriminal (Reskrim) selama 1,5 tahun. Pernah bertugas  pada PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) di Polres. Dia banyak menangani kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga dan tersangka anak. Karirnya terus naik,  dimutasi pada bidang Hukum (Binkum), pengembangan karirnya disertai dengan mengikuti Pendidikan Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa), usai pendidikan dipromosikan pada bagian SDM sebagai kasubag pangkat. Banyu kembali mengikuti pendidikan selama tiga bulan. Sepulangnya dipromosikan menjadi Kasetum. Pertengahan tahun 2013, Banyu dipercaya menjadi Kapolsek Selebar.  Pengalaman-pengalaman menarik selama bertugas di kepolisian,  terutama saat menjabat sebagai  kasubag pangkat. Ia harus loyal dan mampu berkoordinasi dengan  petinggi lainya. Tak berbeda  saat ia ditugaskan pada satuan PPA Polres, harus mampu  mengorek berbagai informasi terhadap korban pelaku kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini dibutuhkan pendekatan super hati-hati, sehingga tidak menyudutkan sikorban hingga  bisa  membuat si korban percaya dan merasa nyaman. Tentu saja itu merupakan pencapaian yang tidak mudah diungkapkan dengan kata-kata selain rasa syukur kepada yang maha kuasa. Walau banyak bergelut dibidang administrasi, namun ditempat tugasnya yang baru,  harus jalani dengan profesional dan tegas. Dalam menjalankan tugasnya banyak aral melintang yang ditemui. Anak pertama  dari dua  bersaudara pasangan H Entjep Djaya dan Hj Yana Hasanah (alm) optimis mampu menjadi pemimpin, yang mana para bawahanya mayoritas laki-laki, dan kesemuanya seniornya. \"Kalau orang lain bisa kenapa kita tida, \" tegas perempuan berambut pendek itu. Kondisi itu justru membuatnya semakin bersemangat dan terpacu untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa memimpin. Dengan prinsip hidup yang dipegangnya bahwa, ia semaksimal mungkin akan berusaha mengubah kesan negatif terhadap perempuan. \"Agar kedudukan perempuan menjadi setara dengan laki-laki\". Menurut  dia dalam beberapa hal perempuan justru bisa lebih sukses karena perempuan lebih ikhlas dalam bekerja, lebih mau berpikir, dan menggunakan hati. “Perempuan tidak egois, dalam bekerja pendekatan yang dilakukan perempuan juga berbeda, lebih mengutamakan komunikasi,” kata ibu enam putra itu. Dalam mengungkap sebuah kasus, ia tetap mengutamakan asas praduga tidak bersalah.  Dan meminta petunjuk kepada atasan bahkan bawahanya sekalipun dimintai pendapatnya. Perempuan kelahiran Bekasi 22 Maret 1976 ini, mengakhiri masa lajangnya setelah empat tahun bertugas di Bengkulu. Ia bertemu jodohnya, Suharto SE, MBA, seorang pengusaha besar di Bengkulu  yang juga saat ini sebagai anggota DPRD Provinsi Bengkulu. Ia menikah pada Agustus 2004, dan saat ini  telah dikaruniai enam putra dan puteri antara lain bernama Wulandari Soekoco, Intan Rama, Berlian, M Bintang Pradana, Angel Laura Mentari dan Raisha. Menjadi Kapolsek, cukup menyita waktu bagi keluarganya, begitu  keluarga  adalah nomor satu. \"Sesibuk apapun saya harus mantau  anak, dan saya selalu berkoordinasi dengan  ayahnya, \" katanya. Tugas pengawasan anak menjadi tanggungjawab bersama, terlebih saat Banyu tugas diluar, terpaksa semua tugas  dialihkan kepada suami tercintanya itu. \"Pasangan suami istri saling menutupi  dan melengkapi. Jika saya dinas luar  ayahnya yang menggantikan tugas saya, begitu juga sebaliknya. Dan sesibuk apapun  komunikasi harus lancar,  bisa sms, BBM atau telphon langsung,\" katanya.(endang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: