Bulog Gagal Stabilkan Harga Daging
JAKARTA - Harga daging hingga kini masih betah nangkring di level tertinggi. Operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog dinilai gagal menurunkan harga daging. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoesa mengakui penyerapan daging Bulog di pasar memang lamban. Sebab, pihaknya masih kesulitan menembus jaringan distribusi daging di pasar yang telah terbentuk. \"Hitungannya kami ini pemain baru. Kami sulit menembus rantai atau jaringan distribusi yang sudah terbentuk lama. Mereka (pedagang di pasar) biasa mengambil dari distributor langganannya. Jadi penyebaran daging sapi beku masih belum bisa seperti yang kami harapkan,\" terangnya, Rabu (14/8).
Hingga saat ini, pihaknya telah mengimpor 1.134 ton daging dari 3 ribu ton alokasi yang diberikan pemerintah. Tapi yang diserap oleh pasar baru 303 ton. Dia mengimbau pemerintah untuk memonitor dan mengevaluasi jaringan distribusi daging dari hulu ke hilir. Selama ini pemerintah hanya mengintervensi sektor hulu seperti importer dan peternak, feedloter, hingga rumah pemotongan hewan (RPH). Padahal, di sisi hilir seperti pedagang besar dan kecil di pasar becek lebih berpengaruh membentuk harga. \"Distribusi ini kan panjang dari importer atau peternak, feedloter, RPH, industri pengolahan, pedagang besar, hingga ke pedagang ritel. Semua ini harus dimonitor,\" ucapnya. Selain masalah distribusi, daging Bulog kurang diminati masyarakat di pasar tradisional. Mereka tidak terbiasa mengonsumsi daging beku. \"Meski demikian, kami masih tetap mendistribusikan, sekitar 15 ton per hari. Penyebarannya dilakukan beberapa asosiasi daging dan ada pula yang langsung ke pedagang pasar,\" jelasnya. Pedagang yang langsung membeli dari Bulog mendapatkan harga Rp 64 ribu hingga Rp 74 ribu per kg. Dari harga beli itu, pembeli sudah untung jika menjualnya Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per kg. Harga itu sudah dihitung biaya susut, transportasi, dan margin yang didapat pedagang. Dia menambahkan, saat ini stok daging sapi yang ada di gudang sekitar 831,8 ton. Sutarto mengaku dalam waktu dekat tidak akan melakukan importasi lagi. Pihaknya ingin menghabiskan stok daging yang sudah ada lebih dulu. Sedangkan untuk menstabilkan harga daging, lanjut Sutarto, operasi pasar Bulog tidak bisa dijadikan jaminan. Sebab Bulog hanya diberi alokasi tidak lebih dari satu persen kebutuhan daging nasional. Kebutuhan daging nasional sekitar 550 ribu ton per tahun, sedangkan kuota yang diberika oleh Bulog hanya tiga ribu ton. Menurut Sutarto, untuk menjadi stabilisator harga daging, setidaknya 10 persen dari kebutuhan daging dikuasai oleh pemerintah. (uma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: