Korban Tewas Gempa Aceh Jadi 31 Orang
BANDA ACEH, BE - Selain di Kabupaten Bener Meriah, korban tewas akibat gempa juga bertambah di Aceh Tengah. Hingga sore kemarin tujuh jasad ditemukan dari reruntuhan gempa, sehingga jumlah korban tewas di kabupaten itu kini sudah 17 orang. “Sudah 17 meninggal dan 140 luka-luka. Itu dulu updatenya,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Aceh Tengah, Subhan Sahara, saat dihubungi dari Banda Aceh, Rabu (3/7). Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan korban tewas Bener Meriah dan Aceh Tengah sebanyak 24 orang. Dengan data terakhir ini berarti korban tewas gempa Aceh sudah 31 orang. Subhan tak merinci dari mana saja asal korban. Identitasnya juga belum diketahui. Pendataan terhadap korban masih terus dilakukan. Terganggunya sarana komunikasi di lokasi gempa, khususnya di Aceh Tengah, membuat banyak data tak terinput maksimal. Kepala Bidang Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ace, Zukarnaini mengakui, akses komunikasi ke dua daerah terparah ditimpa gempa sangat sulit, khususnya untuk Aceh Tengah. “Komunikasi ke Aceh Tengah sangat sulit,” sebutnya. Untuk memudahkan komunikasi, BPBA kini sudah mengerahkan seunit mobil komunikasi ke Bener Meriah. Selain itu pihaknya juga sudah mengirim tim relawan, SAR, mobil operasional, serta tenda-tenda darurat ke sana. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono menjelaskan penyebab terjadinya gempa Aceh berkekuatan 6,2 SR pada Selasa (2/7) akibat pergeseran sesar Sumatra di utara. Pulau Sumatra dari Aceh hingga Lampung masuk ke dalam sesar besar Sumatra. Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini mengurai sesar Sumatra adalah sesar aktif terpanjang di dunia. Uniknya, daerah yang rawan bencana gempa ini wilayahnya sangat indah dan subur. \"Banyak perbukitan kemudian tanahnya mudah diolah,\" kata Surono. Tipologi sesar Sumatra adalah daerah patahan atau hancuran sehingga mudah menyerap air. Pada akhirnya, keindahan alam dan suburnya tanah menjadi pesona orang berduyun-duyun menghuni daerah tersebut. \"Itu penjelasan banyak korban meski terjadi gempa kecil,\" ujar Surono. Sumatra seolah menjadi tempat langganan terjadinya gempa dengan kondisi ini. Surono mengingatkan tahun 1993 di Lampung pernah terjadi gempa besar, kemudian Bengkulu, Padang, Sumatra Utara dan Aceh tak luput dari gempa. Surono mengungkapkan sesar Sumatra adalah sesuatu yang tidak bisa direkayasa. Manusia tidak bisa memaksa sesar tersebut berhenti bergerak. Manusia dan lingkunganlah yang harus menyesuaikan. \"Bukan tidak boleh ditinggali, lha subur dan indah,\" ungkapnya. Yang harus dilakukan, tutur pria beruban ini adalah memberikan penjelasan secara jujur kepada masyarakat. Warga yang tinggal di zona nyaman akan terusik jika diganggu. \"Dijelaskan saja kemarin terjadi gempa, sekarang terjadi gempa, besok bisa terjadi entah kapan,\" tutur Surono.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: