Bersyukur Bisa Kuliah, Menangis Bertemu Menteri
Pertemuan Mendikbud dengan Penerima Beasiswa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Mohammad Nuh memberikan apresiasi terhadap mahasiswa peraih beasiswa Bidikmisi. Bidikmisi adalah program bantuan biaya pendidikan yang diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi. Berikut pertemuan Muhammad Nuh dengan 11 mahasiswa peserta Bidikmisi Universitas Bengkulu, yang penuh haru;
==============================================================
IYUD DWI MURSITO Kota Bengkulu ==============================================================
USAI memaparkan kurikulum baru 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof Dr Mohammad Nuh, memanggil mahasiswa peserta Bidikmisi. Namun hanya yang anak yatim yang panggil untuk berdiri di depan. Selanjutnya, mewawancarai satu persatu mahasiswa tersebut, di hadapan Gubernur H Junaidi Hamsyah, Wakil Walikota Ir Patriana Sosialinda, Bupati Kepahiang Bando Amen C Kader, Bupati Lebong Rosjonsyah, Bupati Kaur Hermen Malik, Bupati BU H Imron Rosyadi, Bupati Seluma Bundra Jaya serta unsur FKPD di lingkungan Provinsi Bengkulu, Rektor Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Rata-rata mereka telah ditinggalkan oleh ayahnya sejak beberapa tahun lalu. Kondisi ekonomi juga tidak begitu bagus. Namun tidak menghalangi para mahasiswa tersebut untuk berprestasi. Panji mendapatkan kesempatan pertama diiwawancarai oleh Mendikbud. \"Sejak kapan ditinggal orang tua?\" kata M Nuh. \"Sejak saya kelas 6 SD pak,\" jawab Panji. \"Berapa IPK\" kata M Nuh lagi. \"IPK saya 3,8 Pak,\" jawabnya. \"Luar biaisa, kita sangat-sangat bangga, orang-orang yang berprestasi seperti ini harus kita sambut dengan karpet merah (istimewa),\" kata M Nuh. Giliran Gita, mahasiswa FKIP menjawab pertanyaan yang sama. Dia mengatakan kepada M Nuh, jika ayahnya telah meninggal sejak dia kelas 6 SD. Sedangkan ibunya saat ini mengandalkan usaha sebagai pembuat batu bata. Meski ekonomi keluarganya kurang baik, Gita mengaku tetap semangat kuliah, sehingga mendapatkan IPK 3,7. Untuk menambah biaya kuliahnya, dia mengajar privat. \"Saya terharu pak, dengan beasiswa Bidikmisi, akhirnya saya dapat kuliah. Meski dari keluarga tidak mampu, saya bisa berdiri di sini disamping Pak Menteri,\" ucap Gita, sambil menangis haru. \"Kita sangat-sangat bangga, meski ekonomi terbatas, tapi tidak boleh menyerah,\'\' ujar Mendikbud. M Nuh juga menyemangati para mahasiswa tersebut, agar tetap berupaya untuk mengejar pedidikan yang lebih tinggi. \"Silakan lanjut sampai Strata Dua, strata tiga, kita sudah siapkan beasiswa Strata Dua dan beasiswa strata tiga, kita dorong terus,\" ujar menteri. Okta Pustia Sari, mendapatkan pertanyaan yang sama dari Mendikbud. Dia menceritakan ayahnya telah meninggal pada tahun 2002 saat masih kelas 3 SD. Sedangkan ibunya hingga saat ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Berkat beasiswa Bidikmisi, ia mengaku bisa kuliah dengan IPK 2,75. \"Awalnya saya berfikir sangat mustahil bisa kuliah, karena kondisi ekonomi orang tua. Tapi, akhirnya, berkat beasiswa Bidikmisi, saya bisa kuliah,\" ujarnya kepada Mendikbud. Kemudian, Riki mahasiswa FKIP Bahasa Inggris, telah menjadi anak Yatim, sejak tahun 2007. Sedangkan ibunya bekerja sebagai petani. Dia adalah anak ke 6 dari 6 bersaudara, dan satu-satunya yang bisa kuliah berkat beasiswa Bidikmisi. Meski demikian, dia telah menunjukan prestasinya dengan perolehan IPK 3,5. \"Saya berterima kasih kepada Dikti dan Unib, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mendapatkan beasiswa,\" katanya. \"Pokoknya meski ada keterbatasan tetap semangat,\" ujar menteri. Cerita sedih dan harus nyaris sama disampaikan mahasiswa peserta beasiswa Bidikmisi lainnya. Mendikbud M Nuh satu persatu berdialog dengan para mahasiswa tersebut. Dia mengaku menaruh simpati dan hormat kepada mahasiswa tersebut, karena memiliki prestasi yang bagus. baginya, anak-anak yang berprestasi harus mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya. Karena, meski dalam kondisi ekonomi kurang menguntungkan, tidak menutup kemungkinan para mahasiswa tersebut bisa menjadi orang sukses. \"Ayah saya juga petani, hidupnya susah. Kadang jual kerupuk di desa, tetapi Alhamdulillah tetap semangat kuliah,\" kata M Nuh. Bidikmisi merupakan program 100 Hari Kerja Menteri Pendidikan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2010. Perguruan tinggi yang mendapat bantuan Bidikmisi yaitu perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Pada tahun 2011 mahasiswa baru penerima Bidikmisi bertambah menjadi 30.000 di 117 perguruan tinggi negeri dengan adanya tambahan anggaran dari APBN-Perubahan. Pada tahun 2012 ini Bidikmisi dilanjutkan dikembangkan menjadi 30.000 calon mahasiswa penerima yang diselenggarakan di 87 perguruan tinggi negeri di bawah Kemdikbud dan program Bidikmisi yang dikelola oleh Kementerian Agama. \"Program ini mempunyai misi untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan mempotensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi,\" ujar M Nuh. Bantuan yang diberikan dalam program ini terdiri atas Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa sekurang-kurangnya sebesar Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) per bulan yang ditentukan berdasarkan Indeks Harga Kemahalan daerah lokasi PTN dan Bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola PTN sebanyak-banyaknya Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per semester per mahasiswa.b
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: