Pendidikan Salah Urus
BENGKULU, BE - Provinsi Bengkulu kembali tercoreng dalam pelaksanaan ujian nasional (UN), tingkat SMP sederajat. Pasalnya, Bengkulu mencatatkan presentase ketidaklulusan paling tinggi se Indonesia, dengan menduduki urutan pertama. Menyikapi masalah ini, Ketua PGRI Provinsi Bengkulu Prof Sudarwan Danim mengatakan, apa yang dialami oleh provinsi harus diterima dengan ikhlas. Kendati demikian, dia tidak menampik hal ini terjadi karena disebabkan belum adanya satu kesepahaman dalam meningkatkan mutu pendidikan. \"Provinsi Bengkulu harus ikhlas menerima realitas dan label yang ada selama ini. Kita selama ini terlalu banyak berwacana, masih jauh dari tindakan kependidikan dan pembelajaran yang berkualitas. Sepertinya kita sudah merasa hebat, ketika pernah mencanangkan Bengkulu Kota Pelajar. Sistem pendidikan kita ini masih cederung salah urus, karena memang terlalu banyak orang-orang yang tidak memiliki keahlian apa pun justru menjadi penguasa di dinas pendidikan,\" tulis Danim dalam pesan singkatnya kepada BE kemarin malam. Selain itu, dia juga menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap para pengajar. Menurutnya, para guru sudah seharusnya mendapatkan penghasilan lebih layak, sehingga dapat fokus mengajar tanpa harus terbebani urusan lain, karena penghasilan atau tunjangan profesi yang kecil. Minimnya anggaran pendidikan seperti saat ini, dinilainya harus menjadi pemikiran pemerintah jika ingin meningkatkan mutu pendidikan pelajar. \"Guru-guru yang seharusnya memperbaiki kinerja, karena sudah menerima tunjangan profesi malah frustasi. Ini karena jumlah tunjangan yang selalu kurang dan terlambat. Pada sisi lain, anggaran pendidikan yang jauh dari cukup untuk memperbaiki kualitas, juga berpengaruh. Padahal faktor kompetensi dan komitmen guru pada profesinya menjadi penentu,\" ucapnya. Tidak hanya itu, dia juga menyadari masih ada para guru yang kurang menghargai profesinya dan hal ini diakuinya harus diperbaiki, jika ingin membenahi masalah yang ada saat ini. Supaya Bengkulu terhindar dari rasa malu, karena memiliki siswa yang tidak lulus paling banyak se Indonesia. \"Sebagian guru kita belum memiliki komitmen pada profesi, termasuk kurang menghargai status profesinya di bawah payung UU No. 14 Tahun 2005. Sebagian guru yang lebih siap keluar dari organisasi profesi demi terbebas dari sumbangan pembangunan gedung guru. Ini merupakan contoh nyata, selain dari sistem pengawasan sekolah yang belum berjalan efektif,\" tandasnya. Sebelumnya Kadispendik Provinsi Bengkulu, DR. H. Syafruddin AB MM mengatakan kelulusan tahun ini turun 2.50% dari tahun lalu 99,89 %. Terbanyak tak lulus UN berada di Kota Bengkulu sedangkan di Bengkulu Utara tercatat hanya 7 orang siswa. Banyak faktor yang menyebabkan turunnya hasil UN ditahun ini. Seperti bobot soal UN yang lebih sulit dibandingkan tahun lalu. \"Tingkat kesukaran soal UN tahun ini naik 20%, sedangkan di tahun lalu bobot soal UN yang sulit jumlahnya hanya mencapai 10% dari keseluruhan soal,\" terangnya. Kenaikan bobot kesulitan soal ini, tak dibarengi dengan perubahan standar kelulusan UN yaitu 5,5. Di samping itu, dia juga sangat menyayangkan Kota Bengkulu menduduki peringkat pertama terbanyak tak lulus UN. Padahal dibandingkan Kabupaten lain, sekolah di Kota Bengkulu memiliki fasilitas yang lebih baik. \"Seharusnya Kota menjadi contoh bagi kabupaten lain sesuai dengan slogannya Bengkulu Kota Pelajar,\" ujarnya. Bukan hanya terbanyak tak lulus UN, siswa di Kota Bengkulu pun hanya mampu menduduki peringkat ke 6 atas nama Tri Retno Yova Meidina berasal dari SMPN 1 Kota Bengkulu. Sedangkan siswa SMPN 1 Curup yaitu Diana Melinda, Mutiara Inanda fadhila, Ardji Naufal Setiawan dan Ivana S masing-masing menduduki rangking 1-4. Dan Sally Monita siswa SMPN 1 Lebong Utara meraih rangking 5. Pengumuman Ditunda Diduga adanya kekeliruan dalam hasil pengumuman Ujian Nasional tahun 2013 ini, pihak sekolah MTSN Talang Leak Kecamatan Bingin Kuning mengajukan komplain kepada Dinas Pendidikan Nasional Pemuda dan Olah Raga (Diknaspora) Kabupaten Lebong dan Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu. \"Komplain sudah kita sampaikan ke Diknaspora Lebong, dari Diknas Lebong nantinya akan disampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi pada Senin (3/6) mendatang. Komplain itu kita ajukan karena digit nilai sekolah (NS) yang kita laporkan ke Diknas tidak sesuai dengan hasil yang diumumkan tersebut. Seperti nilainya 8 berubah menjadi 6, padahal nilai sebenarnya 8. Jadi nilai itu banyak yang dikurangi,\" ungkap Kepala MTSN Talang Leak Zainal BA. Dikatakan Zainal, pihaknya berharap agar komplain tersebut bisa diterima dan diperiksa kembali oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Sebab, hal tersebut bisa merugikan para siswa. Akibatnya, untuk pengumuman hasil ujian nasional tersebut terpaksa ditunda setelah meminta petunjuk oleh pihak Diknaspora Lebong dan izin dari pihak Polres Lebong melalui Polsek Lebong Selatan . \"Mudah-mudahan bisa diterima dan diralat sebagaimana mestinya oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu. Untuk pengumuman terpaksa kita tunda setelah adanya petunjuk dari pihak Diknaspora Lebong dan Polsek. Kita juga telah memberikan surat kepada wali murid terkait hal tersebut, mudah-mudahan kalau hasilnya cepat selesai Rabu akan kita umumkan hasil UN tersebut,\" jelas Zainal. Terpisah, Kabid Dikdas Diknaspora Lebong Sriwijaya saat dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya komplain yang disampaikan pihak MTSN Talang Leak terkait hasil pengumuman tersebut. Direncanakan pada Senin (3/6) mendatang pihak Diknaspora Lebong akan menyampaikan komplain tersebut ke Provinsi. \"Ya mungkin ada kesalahan teknis, tapi kita dari Diknas Lebong tetap memfasilitasi pihak sekolah dalam menyampaikan komplain tersebut. Mudah-mudahan hal ini bisa secepatnya diselesaikan,\" kata Sriwijaya. //Camat Sediakan Kain Berbagai cara dilakukan para siswa SMP/MTSN dalam merayakan kelulusan Ujian Nasional (UN) tahun ini. Selain konvoi dan corat-coret, ada juga siswa yang merayakan dengan cara kreatif. Seperti di SMPN 1 Uram Jaya, sebanyak 81 siswa yang lulus ujian nasional membubuhkan tanda tangan di atas kain putih sepanjang 3 meter yang disiapkan oleh pihak kecamatan Uram Jaya. Camat Uram Jaya Jafri SSos kepada wartawan kemarin mengatakan jika hal tersebut sengaja disiapkan pihaknya untuk mencegah aksi corat-coret baju yang selama ini menjadi kebiasaan para siswa dalam merayakat kelulusan. \"Kita menyediakan kain putih sepanjang 3 meter untuk anak-anak yang lulus melampiaskan kegembiraan dengan membubuhan tanda tangannya dikain putih itu. Sehingga baju seragam siswa tersebut masih bisa digunakan dengan disumbangkan oleh siswa lainnya yang membutuhkan dari pada dicoret,\" ungkap Jafri. Dikatakan Jafri, pihaknya meminta kepada siswa agar mengumpulkan seragam mereka yang masih layak untuk disumbangkan kepada siswa yang membutuhkan melalu pihak sekolah. \"Selain itu, kita juga memberikan penghargaan kepada tiga orang siswa yang mendapatkan rangking tertinggi di SMPN 1 Uram Jaya atas prestasi yang diraihnya. Saya juga berharap kepada setiap orang tua agar bisa menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi, hal tersebut juga untuk menghindari adanya anak putus sekolah,\" kata Jafri. Kepala SMPN 1 Uram Jaya Armen Bastari MPd mengatakan jika ditahun 2013 ini, persentase kelulusan SMPN 1 Uram Jaya yakni 96,43 persen. Dalam pelaksanaan ujian, dari 84 siswa yang mengikuti ujian ada sebanyak 3 orang siswa tidak lulus. \"Kita dari pihak sekolah sudah berupaya agar kelulusan bisa 100 persen, namun kelulusan hanya mencapai 96,43 persen.Hal ini tentunya lebih baik dibanding dengan tahun sebelumnya. Saya harap kepada siswa yang tidak lulus untuk bersabar dan bisa mengikuti jian paket agar bisa melanjutkan pendidikannya,\" ucap Armen. Selain itu, berdasarkan pantauan dilapangan untuk kelulusan tingkat SMPN/MTSN di Lebong tidak adaya terlihat aksi konvoi kendaraan dijalan, hanya saja ada beberapa siswa SMP yang melakuka aksi corat-coret baju. Untuk pengumuman kelulusan juga pihak sekolah tidak langsung memberikan amplop kelulusan kepada siswa, seperti di SMPN 1 Lebong Selatan, SMPN 1 Uram Jaya dan beberapa SMPN lainnya pengumuman diberikan langsung kepada orang tua siswa dan selanjutnya orang tua siswa yang memberitahu kepada masing-masing anaknya.(777/cw6)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: