Koin untuk Pelajar yang Tak Mampu

Koin untuk Pelajar yang Tak Mampu

One Coin One Day \"ISTTak banyak yang menyadari bahwa uang koin bisa mengubah hidup seseorang. Hal ini sudah dibuktikan oleh Hanny Kusumawati dan Nia Sadjarwo di Jakarta dengan apa yang mereka sebut sebagai \'Coin a Chance\'. Berkat koin, mereka bisa membantu menyekolahkan anak yang tidak mampu.  Kini, konsep tersebut diadoposi oleh para kawula muda untuk diterapkan di Bengkulu. Bagaimana persiapannya? Berikut laporannya.

RUDI NURDIANSYAH, Kota Bengkulu

HAMPIR seluruh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di Kota Bengkulu berkumpul di SMUN 5 Kota Bengkulu, Kamis (23/5). Dengan antusias mereka hadir untuk mendengarkan pemaparan mengenai \'Coin a Chance\', sebuah gerakan pengumpulan satu koin satu hari (one coin one day) yang dipelopori oleh DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bengkulu dan Bengkulu Muda Creative. Melihat itikad baik dari program ini, SMUN 5 Kota Bengkulu dan Harian Bengkulu Ekspress pun bersedia menjadi fasilitator kegiatan ini. Dalam pandangannya Pimpinan Perusahaan Harian Bengkulu Ekspress, M Firdaus SP MM mengatakan, program ini bukan berarti ingin mengikis peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan bagi warganya. Sebaliknya, program ini diharapkan dapat berperan untuk mengatasi apa yang tidak bisa diatasi sendiri oleh pemerintah. Mengingat, pemerintah bukan hanya bertanggung jawab atas pendidikan warganya, melainkan juga bertanggung jawab untuk menyiapkan infrastruktur, kesejahteraan sosial, kesehatan dan lain-lain. Dicontohkannya, ada mungkin diantara kalangan pelajar yang tertimpa musibah kebakaran. Atau yang orang tuanya sakit dan tak lagi bisa mencari nafkah untuk meneruskan pendidikan anaknya. \"Tentu mereka membutuhkan solidaritas dan ulurangan tangan khususnya dari sesama pelajar seperti kita. Koin ini, diharapkan dapat mengambil peran-peran semacam ini,\" kata Firdaus dihadapan para wakil OSIS se Kota Bengkulu tersebut. Ada contoh yang sangat baik dari penerima manfaat dari program ini. Adalah Bintang Gempur Anarki, yang biasa dipanggil Gempur. Siswa kelas 1 SMK di Jakarta. Dia lah penerima manfaat pertama tatkala program ini dicetuskan pada mula sekali. Gempur adalah anak polos dengan semangat bersekolah dan cita-cita yang tinggi, namun memiliki keterbatasan dana. Kesederhanaan keluarganya menjadikan para pencetus program ini mantap untuk membantu Gempur dengan biaya sekolahnya. Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, sebenarnya ada 14 orang pelajar yang telah tersentuh oleh program ini. Hubungan baik yang telah tercipta dengan para pelajar itu tetap terjaga, walaupun mereka telah diupayakan untuk lulus sekolah mulai dari sekolah dasar, hingga tingkat SMU sederajat. \"Ada salah satu pelajar yang mereka bantu sekarang telah bekerja sebagai customer service,” demikian dikisahkan oleh Ketua DPD KNPI Kota Bengkulu, Dempo Xler SIp, dihadapan para delegasi OSIS se-Kota Bengkulu itu. Sementara dijelaskan Enggus SSos, Koordinator Bengkulu Muda Creative, program ini telah menjadi gerakan yang menyebar di sembilan kota lain, seperti Yogyakarta, Padang, Makassar, Palu dan Semarang. Masing-masing bertanggung jawab atas anak yang dibantu di wilayahnya. Tidak hanya di Indonesia, gerakan ini bahkan memiliki cabang di Berlin, yang mengatasnamakan Coin A Chance Uni Eropa. Khusus untuk Berlin, koin yang mereka kumpulkan akan disalurkan ke Jakarta. Kemudian dikatakannya lagi bahwa setiap satu atau dua bulan sekali, dengan program ini pihaknya akan mengadakan Coin Collecting Day (CCD). Tempatnya di Balai Kota. Informasi mengenai tanggal dan tempat akan disampaikan lewat Harian Bengkulu Ekspress. “Seluruh biaya dan keperluan sekolah pelajar yang akan dibantu melalui program ini akan dibayarkan langsung ke sekolah, bukan dititipkan melalui anak atau orang tuanya. Dan semua akan kita publikasikan di Harian Bengkulu Ekpsress,” ucap Enggus. Mendengarkan pemaparan-pemaparan tersebut, para perwakilan OSIS yang hadir langsung menyatakan persetujuannya. Refko Wanda misalnya, perwakilan OSIS SMPN 16 ini mengungkapkan persetujuannya tanpa terkecuali. Ia bahkan menyayangkan program ini baru digulirkan sekarang. \"Kenapa tidak dari dulu. Kami kira program ini sangat baik dan bermanfaat,\" tuturnya dalam pertemuan tersebut. Senada disampaikan Yunita Pratama Sari, perwakilan OSIS SMKS 17 Budi Mulya ini menyatakan kesediaannya untuk menjadi pengumpul koin. Ia juga mengatakan akan mengajak orang tuanya untuk ikut menyisihkan uang koinnya dalam rangka menyukseskan program ini. \"Saya akan ajak paman, tante dan semua keluarga saya untuk ikut dalam program ini. Kami berharap program ini dapat berjalan berkelanjutan,\" urainya saat dijumpai usai pertemuan. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: