Sektor Ekonomi Mikro Butuh Perhatian

Sektor Ekonomi Mikro Butuh Perhatian

KLARI-Sektor mikro ekonomi teruji mampu bertahan meski negara dilanda krisis ekonomi tahun  1997-1998 dibanding sektor lainnya seperti industri manufaktur, properti termasuk perbankan. Ini disebabkan, sektor mikro ekonomi hampir tidak terpengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah-dollar. Namun, kadang sektor ini luput dari perhatian pemerintah termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang. Demikian diungkapkan praktisi ekonomi dan dosen Mata Kuliah Mikro Ekonomi FE Unsika, H. Dedi Sudrajat S.P, MM kepada Pasundan Ekspres (Grup JPNN). Menurutnya, sektor mikro ekonomi yang dianggap mampu bertahan ditengah badai krisis ekonomi ini masih belum disentuh secara khusus oleh swasta maupun pemerintah. Dikatakan, berdasarkan data Terpadu Program Perlindungan Sosial bulan Maret 2012 lalu, dari total jumlah penduduk Karawang yang mencapai angka 2 juta lebih, tercatat pengusaha di sektor mikro ekonomi untuk pekerjaan primer ada 9.975 orang atau 0,45 persen. “Angka ini masih sangat jauh dari angka ideal negara maju, yaitu 2 persen dari jumlah total penduduknya  adalah pelaku ekonomi mikro atau usahawan,” katanya. Kebanyakan para pelaku ekonomi ini cenderung melakukan kegiatan ekonominya bagaikan air mengair mengikuti arusnya. Tidak ada spesialisasi ataupun kekhususan perlakuan untuk merubah target pendapatannya. Mereka yang bergerak di sektor ini lebih banyak, jelasnya, karena faktor keturunan dan keterpaksaan, bukan merupakan hasil ‘cetakan by desain’. “Usaha yang dilakukan di sektor keturunan, diantaranya pedagang makanan, obat-obatan, penjual ikan hias, buah-buahan, percetakan termasuk bengkel. Usaha ini sebagian besar dari warisan, setelah orang tuanya sudah tidak ada atau sudah tidak sanggup lagi menjalankan usahanya, merekalah para keturunannya yang melanjutkan dengan manajemen pengelolaan yang biasanya tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya,” ujar Dedi yang juga anggota Komisi B, DPRD Karawang ini. Sedangkan mereka yang menjalankan kegiatan ekonomi ini berawal dari kondisi ‘keterpaksaan’, karena sulitnya mencari pekerjaan. Akhirnya, supaya tidak menganggur dan tidak menghasilkan apa-apa, lebih baik jualan, berdagang, dan buka usaha kecil-kecilan, meski keuntungannya terbilang lumayan. Jadi, ujarnya, dua kondisi tersebut masih mendominasi latar belakang keberadaan sektor mikro ekonomi  di daerah termasuk di Kabupaten Karawang. Dengan demikian, mindset-nya harus dirubah, agar bisa mencetak sekaligus membina sebanyak-banyaknya para wirausahawan muda atau entrepreneur muda di Karawang.(ian/lsm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: