Catatan Perjalanan Kampanye

Catatan Perjalanan Kampanye

ANDA tiba-tiba terbangun sebelum weker berdering. Anda mengeluh: Malaysia sebentar lagi menyelenggarakan pemilu dan itu berarti anda akan meliput seluruh kampanye di mana-mana. Lima belas hari perjalanan menanti anda. Anda memutuskan memulai dari ujung timur Malaysia, sejauh mungkin dari Kuala Lumpur agar mendapatkan sensasi “nyata” dari kontestasi pemilihan ini. Lalu anda menyesal karena terlalu berambisi untuk menyisir Miri, Limbang, Sibu dan Kota Kinabalu hanya dalam tiga hari! Entah bagaimana, anda berhasil sampai ke bandara tepat waktu dan dua jam sesudahnya anda sudah mendarat di kota minyak Miri (yang tidak tampak seperti Balikpapan). Anda lalu bergegas menuju ke pemukiman pekerja di pinggiran Permy, berlokasi di tengah-tengah perbatasan antara Malaysia dengan Brunei Darussalam. Anda mengunjungi sebuah pasar yang besar dan tertutup dengan pajangan barang-barang yang menarik mata lagi murah meriah. Anda berbincang-bincang dengan seorang Ibu dua anak dari suku Kenyah. Sang Ibu menceritakan tentang dirinya dengan nada sedih. Ia adalah seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai juru tulis kantor di Semenanjung Malaysia. Jika dibandingkan dengan kota lain, Miri itu membosankan. Namun setidaknya di sini ia bisa membesarkan kedua anaknya. Bergegas kembali ke bandara, anda melanjutkan perjalanan menuju Limbang. Anda terbang melintasi lanskap yang sedang disiapkan untuk perkebunan kelapa sawit. Konyol terbayangkan bahwa garis lurus dari perkebunan ini tampak menyerupai pelajaran geometri. Anda lalu ingat video dokumenter yang diliris baru-baru ini tentang korupsi di Sarawak. Di dalamnya diuraikan bagaimana cara lahan disita dan penduduk aslinya dipindahkan. Anda melongok ke lanskap dan membayangkan berapa banyak penduduk asli yang telah mengungsi. Sesampainya di Limbang, anda check-in di Hotel Purnama, hotel ini sepintas mirip struktur Shinjuku yang berdiri lesu di tengah bekas kota penghasil kayu. Ada sebuah club di dalam hotel, gadis-gadis muda memamerkan kaki jenjangnya, mondar-mandir melalui lobby. Tak seorangpun tampaknya peduli. Anda membuka pintu balkon. Pemandangan dari tempat anda berdiri sangat memikat: sungai, masjid dan kota. Petir yang menyambar seakan menambah drama matahari kembali ke peraduan. Anda bertemu dan mewawancarai dua kandidat pemilu. Pertama adalah seorang pengacara dari partai PKR, pimpinan Anwar Ibrahim. Namanya adalah Baru Bian. Karakternya penuh keyakinan, bersemangat dan tegas. Tim kecilnya terdiri dari suku yang didominasi dari Iban, Dayak dan Orang Ulu. Namun, apabila ia bertemu bermacam komunitas: Bisayas, Kedayan, Melayu, Penan dan Lun Bawang, anda mendadak dibuat bingung. Beberapa saat kemudian, anda bertemu dengan seorang incumbent dari Barisan Nasional. Namanya adalah Haji Hasbi Habibollah. Tampaknya ia sudah semakin dilupakan komunitas di sana. Keesokan paginya, anda menghadiri proses Nomination Day dan sesudahnya langsung kembali ke bandara. Masih tercecap rasa manis di antara gigi-gigi, pastilah ini karena kopi three-in-one yang terbeli di toko kelontong tadi. Tujuan selanjutnya adalah Sibu, anda menyukai Sungai Rejang yang cukup terkenal. Kampanye telah dimulai. Satu jam selepas pesawat mendarat, anda telah berada di tengah-tengah kampanye umum politik untuk mendengarkan suara dari seorang perempuan kandidat opisisi, Alice Lau. Anda pun berkeliling sebentar. Semua orang sangat ramah. Anda menemukan beberapa rekan wartawan yang membantu menerjemahkan orasi sang kandidat oposisi (Alice Lau berbicara dengan Bahasa Mandarin). Lama di tengah-tengah arena kampanye, anda merasa lelah dan ingin kembali ke hotel. Ini adalah hari kesekian anda berada di Kota Kinabalu, ibu kota Sabah. Anda sekarang mencari jalan ke Penampang, jantung masyarakat Kadazandusun yang berada di pinggiran kota yang sangat luas. Seorang menteri federal, Bernard Dompok sedang melakukan orasi politiknya, bergantian menggunakan bahasa Kadazan, Inggris dan Melayu. Anda menyukai Bernard dan melompat ke mobilnya untuk bisa mengajaknya ngobrol. Ia agak kaget ketika anda tiba-tiba mengeluarkan Blackberry untuk berfoto dengannya. Kemudian pada kesempatan mendengarkan orasi lawannya, Darell Leiking, seorang pengacara berusia empat puluh tahunan dari Partai PKR, anda menyadari bahwa anda menyukai kedua orang ini sekaligus. Keduanya artikulatif, namun Leiking lebih muda dibandingkan Bernard, inikah pertanda sudah saatnya perubahan generasi?. Saat ini, anda mengalami kesulitan untuk membuat mata anda terjaga. Anda juga ingat berapa banyak deadline yang sedang bermain-main di atas kepala, namun saat kepala anda menyentuh bantal di tengah malam, anda pamit sejenak dari semua ingatan itu. Matahari terbit adalah pertanda ingatan kembali ke kampanye-kampanye pemilu lagi: Apa yang anda pikirkan tentang hal yang akan terjadi di Malaysia bagian timur ini? Mungkin juga tidak ada, tapi setidaknya anda sudah terjun langsung untuk tahu dan bersama dengan orang-orang yang sedang berada di arena. Dalam politik, apa yang terpenting sebenarnya adalah terjun langsung untuk melihat sendiri kondisi di lapangan.[***]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: