'KAMI ORANG TABUT', Menyatukan Identitas Bengkulu dalam Bingkai Tradisi dan Menjembatani Perbedaan

Buku berjudul "KAMI ORANG TABUT" telah resmi diterbitkan, membawa narasi mendalam tentang tradisi Tabut di Bengkulu yang melampaui sekadar ritual, menjadi perekat identitas -(ist)-
BENGKULUEKSPRESS.COM – Buku berjudul "KAMI ORANG TABUT" telah resmi diterbitkan, membawa narasi mendalam tentang tradisi Tabut di Bengkulu yang melampaui sekadar ritual, menjadi perekat identitas dan kebersamaan masyarakat. Penulis buku, Agustam Rachman, mengungkapkan bahwa judul tersebut merefleksikan rasa bangga seluruh masyarakat Bengkulu terhadap Tabut, tanpa memandang suku atau agama.
"Buku ini sudah selesai dicetak kemarin, dan minggu depan akan ada cetakan lanjutan yang lebih lengkap, dengan tambahan kata sambutan dari Bapak Fadli Zon, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia," ujar Agustam Rachman, Jumat (27/6/2025).
Gubernur Bengkulu, H. Helmi Hasan, S.E., dalam sambutannya pada buku ini, menyoroti bahwa "KAMI ORANG TABUT" tidak hanya merekam jejak sejarah Tabut, tetapi juga menghadirkan kisah jujur tentang bagaimana tradisi yang berakar dari peristiwa tragis di Padang Karbala, Irak, mampu menjelma menjadi kekuatan pemersatu masyarakat Bengkulu.
Gubernur menekankan bahwa Tabut di Bengkulu berbeda, ia hadir sebagai ruang harmoni yang menjembatani berbagai perbedaan, memperkuat ikatan lintas suku, agama, dan golongan, serta menjadi bukti hidup bagaimana sejarah tragis sekalipun dapat dimaknai ulang menjadi energi perdamaian.
BACA JUGA:Senator Destita Minta Kementerian Kebudayaan Beri Perhatian Bagi Seniman Bengkulu
BACA JUGA:Dol di Malam Takbiran: Simbol Akulturasi Islam dan Budaya Bengkulu
Sedangkan Tokoh Pers Bengkulu, Dr. Muslimin, SH, MH menyampaikan, bahwa tulisan "KAMI ORANG TABUT" sesuatu yang luar biasa. "Penulis bisa mengulas lengkap tentang Tabut Bengkulu. Kedepan akan menjadi rujukan utama bagi siapa saja yang ingin mendalami tentang Tabut Bengkulu," ujar mantan Direktur Utama Rakyat Bengkulu Media Grup ini.
Senada dengan itu, Rektor UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu, Zulkarnain, menyambut baik terbitnya buku ini. Beliau optimis bahwa "KAMI ORANG TABUT" akan menjadi rujukan berharga bagi akademisi, peneliti budaya, dan seluruh masyarakat Bengkulu untuk memahami kekayaan warisan leluhur.
Zulkarnain berharap buku ini juga akan berfungsi sebagai duta budaya yang memperkenalkan Tabut Bengkulu ke kancah nasional bahkan internasional. Buku ini secara komprehensif mengupas sejarah perayaan Tabut, pergeseran maknanya dari ajaran Syiah menjadi tradisi kultural, serta menjelaskan rangkaian ritual Tabut dari awal hingga akhir. Lebih lanjut, buku ini menganalisis fungsi perayaan Tabut sebagai alat pembina kerukunan antar masyarakat, dikaitkan dengan Teori Struktural Fungsional Emile Durkheim.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, DR. Fadli Zon, dalam kata pengantarnya, memberikan apresiasi atas terbitnya buku ini sebagai upaya kolektif penting dalam pelindungan kebudayaan dan tradisi.
Ia menekankan bahwa Festival Tabut di Bengkulu adalah cermin kebudayaan Indonesia yang menggambarkan bagaimana sebuah tradisi dapat melintasi berbagai sekat, mengintegrasikan unsur keagamaan, nilai-nilai sosial, serta simbol-simbol budaya lokal dalam satu kesatuan perayaan yang merupakan produk akulturasi budaya.
BACA JUGA:Sengketa Perdata yang Dipaksakan Menjadi Pidana: Catatan Kritis Atas Kasus Ahmad Kanedi
BACA JUGA:Menghindari Politik Identitas di Balik Label Putra Daerah dalam Pilkada Bengkulu
Beliau berharap buku ini dapat menjadi referensi utama dan inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan mengembangkan tradisi budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: