Usia Bukan Penghalang Mencari Nafkah

Usia Bukan Penghalang Mencari Nafkah

Tuminem (84), Penjual Pecel Tetua \"nenek\"USIA yang sudah tua tidak menjadi penghalang

bagi Tuminem (84),

warga Rt 2 Rw 1 Kelurahan Batu

Galing Kecamatan Curup Tengah

untuk tetap mencari nafkah.

Bagaiamana kisahnya?

                                                                                                                                                                                                  

Okta Firdawan,

Curup                                                                                                                                                                                                   

Jika rata-rata wanita berusia senja sudah beristirahat bersama anak cucu, tidak demikian dengan Tuminem. Dia masih mencari nafkah dengan berjualan rebus bumbu pecel untuk menyambung hidup.

Seperti yang terlihat sekitar pukul 09.00 WIB Rabu (17/04), saat wartawan melewati perkantoran pemerintah di Jalan S Sukowati Curup.

Berbekal beronang (kantong tas dari anyaman bambu) yang memiliki berat hampir sengah berat tubuhnya, Tuminem mengendong barang dagangannya. Tampak dia begitu ramah menawarkan sayur rebus bumbu pecel yang dijualnya.

Ditemui Bengkulu Ekspress disela aktivitasnya melayani pembeli, wanita keturunan Jawa yang lahir di Lubuklinggau tahun 1927 itu mengaku telah menekuni profesi sebagai pendagang pacel tersebut sejak 1960.

Tuminem harus berjualan, sejak sang suami yang berstatus veteran perjuangan kemerdekaan tidak mendapatkan hak gaji pensiun dari pemerintah.

Untuk tetap bisa menyambung hidup, Tuminem dan suaminya harus bekerja serabutan agar tetap bisa menghidupi 5 anak hasil pernikahan mereka. \"Saya ini kebetulan istri yang kedua bapak, memang kami tidak dapat gaji veteran meski telah diajukan untuk mendapatkan hak itu,\" terangnya.

Waktu kini telah berlalu, diusianya yang sudah cukup tua, Tuminem kembali harus tetap menyambung hidup. Sejak tahun 1996, wanita yang mengaku sudah memiliki 20 orang cucu tersebut menjanda, setelah sang suami lebih dulu meninggal dunia. Dia harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. \"Anak saya semuanya sudah menikah, mereka semuanya petani, jadi makan,\" ungkap Tuminem.

Saat ini, Tuminem tinggal bersama salah seorang anaknya, yang juga harus berjuang untuk kebutuhan ekonomi mereka. \"Anak saya semuanya perempuan, lima orang. Suami mereka ada yang jadi tani, ada juga buruh bangunan. Salah satunya tinggal serumah dengan saya,\" tuturnya.

Untuk berjualan sehari-hari, Tuminem, membutuhkan uang Rp 150 ribu sebagai modal usaha berjualan sayur bumbu pecel tersebut, tempe bacem, untuk membeli kacang, gula merah, cabe dan sayur-sayuran sebagai bahan membuat sayur bumbu pecel. Setelah dagangan siap, Tuminem lalu berjualan.

\"Dalam satu hari saya bisa laku rata-rata mengumpulkan uang rata-rata Rp 170 ribu, jadi untung cuma Rp 20 ribu. Kalo rame bisa lebih, tapi kalau tidak laku ya.. rugi,\" katanya. (999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: