Gaji Besar Bukan Jaminan Jadi Kaya

Gaji Besar Bukan Jaminan Jadi Kaya

\"226ASP5910143976\"TUJUAN hidup seseorang di dunia ini memang beragam, tapi tidak bisa dimungkiri banyak di antara manusia yang punya keinginan untuk menjadi kaya. Kekayaan sendiri tidak serta merta akan diperoleh, kendati seseorang memiliki gaji atau penghasilan yang sangat besar.\"Kekayaan seseorang tidak dinilai dari seberapa besar penghasilan atau take home pay. Tapi dari seberapa besar dia bisa menyisihkan penghasilannya untuk investasi,\" ujar Perencana Keuangan Safir Senduk, di Jakarta.

Ia menegaskan, hanya orang-orang yang melakukan investasi yang bisa dimasukkan kategori kaya. Karena saat orang tersebut tidak lagi produktif dalam pekerjaan atau sudah masuk masa pensiun, ia akan memiliki aset-aset yang produktif. Hal ini tentu jauh lebih bijak dibanding menghabiskan uang untuk “mempercantik” gaya hidup.

Untuk melakukan investasi, Safir menyiapkan tiga langkah, yakni menetapkan tujuan dalam investasi, mengenali pilihan-pilihan berinvestasi, dan menyiapkan dana untuk masa depan. Investasi tanpa tujuan adalah kosong, untuk itu, menurutnya, seseorang harus memiliki tujuan dalam berinvestasi.\"Yang pertama adalah mencapai dana tertentu kelak, dan kedua memaksimalkan dana nganggur,\" tukasnya.

Dalam berinvestasi seseorang bisa memilih berbagai aset produktif, yang ternyata pilihannya cukup banyak. Aset produktif ini bisa berupa produk keuangan, seperti deposito, reksa dana, saham, obligasi atau sukuk ritel. Sementara untuk aset produktif yang berwujud, seseorang bisa membeli rumah atau emas, yang secara nilai akan meningkat.\"Nah, untuk berinvestasi tentu memerlukan uang.

Untuk itu, berbahagialah orang yang bisa menjaga pengeluarannya tidak melampaui penghasilannya, sehingga ada selisih yang bisa ditempatkan untuk berinvestasi,\" tutup Safir. (ibn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: