Yuk Dicegah Sejak Dini! Stunting pada Anak Nyata Adanya

Yuk Dicegah Sejak Dini! Stunting pada Anak Nyata Adanya

Mencegah stunting pada anak sedini mungkin dapat dimulai sejak awal kehamilan, karena hal ini akan menjadi cara pencegahan stunting yang paling tepat. --

BENGKULUEKSPRESS.COM - Peran nutrisi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) manusia, merupakan hal yang sangat krusial dan wajib dipenuhi. Mengapa? Sebab, kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik sejak di dalam kandungan hingga ketika anak lahir, bisa mengganggu tumbuh kembang si Kecil.

BACA JUGA:Ini Dia Deretan Mobil Diesel Antimainstream

Terganggunya tumbuh kembang seringkali dikaitkan dengan stunting pada anak. Dilansir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak yang terganggu tumbuh kembangnya akibat pola makan yang buruk, rentan mengalami berat badan rendah, berperawakan pendek, infeksi yang berulang dan cenderung memiliki risiko yang lebih besar untuk sakit bahkan meninggal.  

Menurut WHO, anak dengan kondisi stunting mencerminkan dampak kumulatif dari kekurangan gizi dan infeksi sejak lahir, dan bahkan sebelum lahir. stunting terjadi akibat dari kekurangan nutrisi dalam jangka panjang, dan seringkali mengakibatkan terhambatnya perkembangan mental, kinerja sekolah yang buruk, dan berkurangnya kapasitas intelektual.

BACA JUGA:Ini Dia Deretan Mobil Diesel Antimainstream

Namun, stunting pada anak sejatinya bisa dicegah kok, Parents. Upaya pencegahan stunting bisa dilakukan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), atau sejak Ibu pertama kali hamil.

Stunting dan Kaitannya dengan Kekurangan Gizi
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, stunting pada anak merupakan kondisi ketika si Kecil mengalami kekurangan gizi dengan tingkat kronik, alias sudah berlangsung lama. Stunting pada anak sering dikaitkan dengan perawakan tubuh yang sangat pendek, berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.

Stunting terjadi dikarenakan kondisi ireversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat yang terjadi dalam 1000 HPK. Meskipun stunting pada anak dikaitkan dengan perawakan tubuh pendek, tapi Ibu perlu memahami bahwa tidak semua anak pendek sudah pasti mengalami stunting.

BACA JUGA:Menghilangkan Baret Mobil Tanpa Harus ke Bengkel? Ini Solusinya

Kemenkes RI menyebutkan, beberapa faktor lain yang dicurigai jadi penyebab stunting pada anak adalah:
Faktor sosio-ekonomi (Hidup di bawah garis kemiskinan)
Faktor pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makanan untuk bayi dan batita
Kekurangan gizi (Termasuk tidak tercukupinya kebutuhan ASI)
Kekurangan protein dalam menu lengkap pada saat MPASI
Kekurangan bahan makanan, akibat sulitnya akses menuju daerah tempat tinggal
Ada kelainan metabolisme bawaan
Ada masalah kesehatan seperti infeksi kronik dan penyakit-penyakit berbahaya, yang lalai dicegah akibat tidak segera melakukan imunisasi.

BACA JUGA:Tips Jitu Membeli Mobil Bekas untuk Pemula

Selain itu, stunting juga nggak sama dengan gizi buruk ya, Parents. Karena, stunting adalah kondisi perawakan anak pendek di bawah rata-rata tinggi normal anak, sementara gizi buruk/wasting adalah proporsi berat badan anak terhadap tinggi badan sangat kurang (Di bawah batas normal).

Sementara itu perbedaan lainnya adalah, jika stunting pada anak disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang. Maka, gizi buruk justru sebaliknya, yang diakibatkan oleh kekurangan asupan nutrisi dalam waktu yang relatif lebih singkat.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Wisata di Wonosobo yang Wajib Dikunjungi

Apa Saja Dampak Stunting pada Anak?
Menurut sebuah penelitian tahun 2021 yang dilakukan oleh Acta Biomedica, berjudul; "Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood" ketika seorang balita stunting, maka hal ini sangat berisiko terhadap tumbuh kembangnya. Beberapa dampak stunting pada anak yang lebih kompleks di antaranya:

- Buruknya perkembangan dan kapasitas belajar anak
- Peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular
- Peningkatan terhadap penumpukan lemak yang sebagian besar terjadi di bagian tengah tubuh, metabolisme tubuh yang lebih rendah, resistensi insulin dan risiko lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi dan dislipidemia
- Menurunnya kemampuan intelektual yang memengaruhi kapasitas kerja dan hasil reproduksi wanita yang kurang baik saat dewasa
- Terhambatnya perkembangan kognitif anak, yang otomatis pertumbuhan dan kematangan tubuh juga akan terhambat.

BACA JUGA:Jalan Lintas Curup-Lebong Tertimbun Longsor

Bagaimana Cara Mencegah Stunting?
Sebenarnya, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang sejatinya bisa dicegah sedini mungkin. Menurut penelitian dari The Journal of Nutrition tahun 2010, yang berjudul: "Children Who Recover from Early Stunting and Children Who Are Not Stunted Demonstrate Similar Levels of Cognition", ketika seorang anak didiagnosa stunting sejak dini, masih ada kemungkinan untuk pulih.

Mencegah stunting pada anak sedini mungkin dapat dimulai sejak awal kehamilan, karena hal ini akan menjadi cara pencegahan stunting yang paling tepat.  Beberapa cara untuk mencegah stunting pada anak yang bisa dilakukan adalah:

1. Tahap kehamilan: Memenuhi kebutuhan gizi yang kompleks pada saat hamil
2. Tahap menyusui: Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Ketika bayi sudah berusia 6 bulan, penuhi ASI eksklusif dengan makanan tambahan (MPASI), yang mengandung zat gizi mikro dan makro. Dalam tahap ini, Ibu harus pandai memilih makanan untuk mencegah stunting pada balita yang tepat
3. Rutin memeriksa kesehatan anak secara berkala ke Posyandu untuk mendapatkan vaksinasi lengkap
4. Karena anak sangat rentan terhadap penyakit, maka Ibu wajib mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan lingkungan termasuk kebersihan dirinya.

BACA JUGA:Obat Batuk Kering dan Berdahak pada Anak, dr Zaidul Akbar Bagika Resepnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: