Normalkah Alami Pendarahan Setelah Melahirkan?

Normalkah Alami Pendarahan Setelah Melahirkan?

Darah yang keluar dari rahim setelah melahirkan dalam kondisi normal disebut sebagai lokia atau darah nifas.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Saat sedang hamil, jumlah darah dalam tubuh seorang wanita biasanya akan meningkat hingga 50%. Ini merupakan mekanisme alami yang dilakukan oleh tubuh untuk mengantisipasi kemungkinan kehilangan darah selama proses persalinan. Belum lagi adanya kondisi yang sering terjadi, yaitu pendarahan setelah melahirkan.

Umumnya, pendarahan setelah melahirkan yang dialami seorang wanita cenderung lebih banyak jika ia melahirkan melalui operasi caesar. Nah, agar kamu lebih paham soal kondisi ini, yuk kita bahas sekarang!

BACA JUGA:Seperti Apa Proses Kuret? Begini Prosedur dan Efek Sampingnya!

Darah yang keluar dari rahim setelah melahirkan dalam kondisi normal disebut sebagai lokia atau darah nifas. Lokia terjadi karena terlepasnya jaringan rahim yang terbentuk selama kehamilan.

Selain lokia, ada juga kemungkinan wanita mengalami perdarahan setelah melahirkan yang tidak normal. Jika kondisinya tidak normal, maka harus segera ditangani karena dapat menimbulkan komplikasi serius, bahkan berisiko menyebabkan kematian pada wanita yang baru melahirkan.

Gejala pendarahan normal dan abnormal
Kondisi pendarahan setelah melahirkan yang normal dan abnormal memiliki beberapa perbedaan. Agar lebih detail, yuk bahas di sini!

Gejala pendarahan normal
Umumnya, perdarahan setelah melahirkan terjadi akibat adanya robekan pada vagina atau sebagai akibat dari tindakan episiotomi yang dilakukan selama persalinan. Selain itu, perdarahan juga dapat terjadi saat proses pelepasan plasenta.

BACA JUGA:Amalkan Amalan Mudah Ini, Gus Baha: Bisa Membuat Rezeki Melimpah

Ada beberapa gejala perdarahan setelah melahirkan yang tergolong normal, yaitu:

Keluarnya darah yang cukup deras dan berwarna merah terang.
Terkadang pendarahan disertai dengan gumpalan darah.
Secara bertahap, warna darah berubah menjadi merah muda, cokelat, dan digantikan oleh cairan putih kekuningan.
Pendarahan normal ini disebut juga sebagai perdarahan nifas. Durasi masa nifas dapat berlangsung selama 2-6 minggu setelah melahirkan. Oleh karena itu, pada awal masa nifas, seorang wanita mungkin memerlukan pembalut nifas karena perdarahan yang deras.

BACA JUGA:Vidyadhara, Sosok yang Sering Dikaitkan dengan Pasangan Manusia di Surga

Gejala pendarahan abnormal
Selain kondisi normal, pendarahan setelah melahirkan juga bisa terjadi secara abnormal. Berikut beberapa gejala pendarahan abnormal yang wajib kamu ketahui, yaitu:

Pendarahan sangat deras dan dapat menyebabkan syok hipovolemik. Gejala ini bisa ditandai dengan penurunan tekanan darah, kondisi tubuh lemas, kulit pucat, kegelisahan, kebingungan, serta berkurangnya frekuensi dan jumlah urin.
Jika terjadi infeksi, pendarahan dapat disertai dengan bau yang tidak sedap dan nyeri pada bagian bawah perut.
Jika setelah melahirkan kamu mengalami gejala-gejala tersebut, cobalah segera mencari bantuan medis untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

BACA JUGA:Inilah Kisah Dewa dan Dewi Hujan dari Berbagai Mitologi Dunia

Penyebab pendarahan pascamelahirkan
Pendarahan setelah melahirkan dapat berpotensi fatal dan mengancam keselamatan ibu. Ada beberapa hal yang menyebabkan pendarahan terjadi, yaitu:

Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah kondisi ketika jaringan plasenta atau janin tidak keluar sepenuhnya dari rahim setelah melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan yang berat setelah melahirkan.Faktanya, masalah medis ini cenderung lebih sering terjadi ketika seorang wanita melahirkan dalam usia kehamilan yang sangat dini, misalnya kurang dari 24 minggu (kelahiran yang sangat prematur).

BACA JUGA:Inilah Kisah Dewa dan Dewi Hujan dari Berbagai Mitologi Dunia

Masalah pembekuan darah
Gangguan pembekuan darah atau gangguan koagulasi juga dapat menyebabkan pendarahan setelah melahirkan. Kondisi ini terkait dengan penyakit von Willebrand, yang merupakan penyakit bawaan di mana penderita mengalami gangguan dalam proses pembekuan darah.Selain gangguan pembekuan darah, komplikasi kehamilan seperti hipertensi dan preeklampsia gestasional juga dapat mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku.

Infeksi lapisan dalam rahim (endometrium)
Selain lima faktor sebelumnya, pendarahan yang parah setelah melahirkan juga dapat disebabkan oleh infeksi pada endometrium. Setelah plasenta lepas dari dinding rahim, lapisan dalam rahim menjadi lebih rentan terhadap infeksi.Biasanya, pendarahan akibat infeksi ini terjadi dalam kasus persalinan melalui operasi caesar, persalinan yang berlangsung terlalu lama, atau jika ada sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim.

BACA JUGA:Kisah Burung Phoenix yang Legendaris, Ada Makna Mengerikan!

Atonia uteri
Pendarahan yang terjadi setelah melahirkan juga dapat disebabkan oleh kehilangan otot rahim atau atonia uteri, yang mengakibatkan kurangnya kontraksi dan tekanan pada pembuluh darah serta pengurangan aliran darah.

Kondisi ini menghambat kemampuan rahim untuk berkontraksi dengan baik dan mengeluarkan plasenta. Menurut para ahli, kondisi ini merupakan penyebab utama dari kebanyakan kasus pendarahan yang hebat setelah melahirkan.

Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah kondisi di mana plasenta menancap terlalu dalam di dinding rahim. Plasenta bisa menempel sebagian atau sepenuhnya di dinding rahim setelah seorang wanita melahirkan. Akibatnya, saat plasenta keluar, terjadi pendarahan yang berlebih.

BACA JUGA:Anti Bangkrut dan Bancos, 5 Weton Ini Diprediksi Cepat Kaya Raya

Pengobatan pendarahan setelah melahirkan
Pendarahan setelah melahirkan adalah kondisi yang perlu mendapatkan penangan cepat.  Itulah sebabnya, selama 24 jam setelah melahirkan, dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan dan pemantauan secara teratur.

Biasanya, jika pendarahan setelah melahirkan tidak bisa dihindari lagi, dokter atau tim medis akan melakukan beberapa langkah untuk menghentikan pendarahan tersebut, seperti:

Pijat rahim
Jika pendarahan terjadi akibat otot rahim tidak dapat berkontraksi, dokter atau bidan akan melakukan pemijatan pada rahim untuk merangsang kontraksi dan menghentikan pendarahan dengan cepat.

Pemijatan dapat dilakukan melalui pijatan perut atau dengan menekan rahim secara langsung melalui vagina. Tindakan pemijatan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas kontraksi rahim dan mengembalikan fungsi normal rahim setelah melahirkan.

BACA JUGA:Inilah Weton Pal Nabi Ibrahim yang paling religius tapi Berharta Melimpah

Pemasangan kateter Foley
Sebagai alternatif, kateter Foley dapat digunakan dalam penanganan pendarahan. Kateter Foley adalah alat berbentuk selang kecil yang terbuat dari karet yang dapat mengembang seperti balon di bagian ujungnya. Alat ini dapat digunakan untuk memberikan tekanan pada pembuluh darah yang terbuka di dalam rahim. Selain itu, kateter Foley juga dapat membantu menghentikan pendarahan dengan efektif dan aman.

Pemberian oksitosin
Selain itu, tenaga medis akan memberikan hormon oksitosin. Hal ini dilakukan dengan cara menginfuskan hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim dan menghentikan perdarahan.Pemberian hormon oksitosin melalui infus bertujuan untuk memperkuat kontraksi rahim dan mencegah pendarahan berlebih setelah melahirkan.

BACA JUGA:Agar Semua Urusan Menjadi Mudah, Amalkan 3 Doa Berikut Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: