Werkudara, Pahlawan Pendawa dalam Perang Mahabarata
Werkudara selalu berbicara dengan bahasa ngoko, atau bahasa lugas sederajat, bahkan kepada para dewa. --
BENGKULUEKSPRESS.COM - Raden Werkudara atau Bima adalah tokoh Pendawa yang kedua setelah Raden Puntadewa. Dia adalah anak Prabu Pandu Dewanata dan permaisurinya Dewi Kunti Talibtaya. Prabu Pandu Dewanata dikutuk oleh Resi Kindama. Isi kutukannya jika Prabu Pandu menjalankan tugasnya sebagai suami dan tidur seranjang dengan istrinya, maka saat itu ajalnya akan tiba.
Namun karena seorang raja butuh keturunan untuk pewaris tahta, Prabu Pandu memberi izinnya menerapkan Aji Adityaherdaya yang mampu mengundang dewa. Dewa pertama yang diundang adalah Batara Darma dan sembilan bulan kemudian, Kunti melahirkan seorang putra yang diberi nama Puntadewa.
BACA JUGA:Ini Dia Ciri-ciri Ambeien dan Cara Mengobatinya
Kelahiran Werkudara juga terbilang menarik, ceritanya saat Prabu Pandu Dewanta menikah dengan Dewi Kunti, ia dikutuk oleh Resi Kindama. Isi kutukannya adalah bahwa jika Prabu Pandu menjalankan tugasnya sebagai suami dan tidur seranjang dengan istrinya, maka saat itu ajalnya akan tiba.
Namun karena ia butuh keturunan untuk pewaris tahta, ia mengizinkan sang istri menerapkan Aji Adityaherdaya ajaran yang bisa memanggil dewa. Dewa pertama yang dipanggil adalah Batara Darma dan sembilan bulan kemudian, Kunti melahirkan seorang putra yang diberi nama Puntadewa.
BACA JUGA:Jangan Anggap Remeh, Inilah Manfaat Kecombrang untuk Kesehatan
Atas izin Pandu, Kunti memangil Batara Banyu, dewa penguasa angin. Ia kemudian hamil dan melahirkan Bima. Bima pun sering disebut Bayuputra, Bayusiwi, Bayusuta, atau Bayutanaya. Walaupun tak pernah berhubungan fisik, tubuh Batara Bayu dan Werkdara memiliki kemiripan. Saat lahir, ia terbungkus kulit yang tebal. Berbagai cara dilakukan untuk membuka lapisan yang membungkus Werkudara. Termasuk dengan senjata tajam.
Melihat keadaan tersebut, sang ayah berdoa kepada sang dewa dan Batara Guru mengutus Batara Narada untuk menolongnya. Atas petunjuk Narada, seeokar gajah bernama Sena diminta memecahkan lapisan yang membungkus bayu Werkudara. Batara Banyu kemudian merasuk ke tubuh Gajah Sena dan menginjak Bayi Bima yang terbungkus kulit tebal dan ditendang hingga kulitnya robek.
BACA JUGA:Ini Dia Tanda-tanda Kamu Sudah Terlalu Boros Belanja Pakaian
Begitu keluar dari pembungkusnya, bayi Bima langsung menyerang Gajah Sena dan sekali pukul, Gajah Sena mati. Setelah itu jasad Sena menyatu dalam diri Bima. Werkudara berperawakan tinggi, besar, gagah, berkumis dan berjenggot. Ia memiliki kuku panjang dan kuat yang menjadi senjata alamiahnya. Kuku itu disebut kuku Pancanaka.
Pakaiannya juga khas yakni berkain poleng dengan lima warna putih, hitam, kuning, merah, dan hijau. Werkudara tidak pernah memakai bahasa krama inggil atau bahasa halus. Ia selalu berbicara dengan bahasa ngoko, atau bahasa lugas sederajat, bahkan kepada para dewa. Ia hanya menggunakan bahasa halus kepada Dewa Ruci. Werkudara dianggap mewakili karakter seseorang yang jujur, lugas, tidak pandang bulu, ulet, tidak pernah putus asa, spontan, dan tak pernah menghindari tantangan. Sebagai kesatria musuhnya utamanya Dursasana dan Patih Snegkuni.
BACA JUGA:Akikah Adalah Ibadah Sekali Seumur Hidup
Bersama Raden Arjuna, Raden Werkudara adalah murid Pendita Durna dan 100 anak-anak adik-adik Raja Astina. Werkudara dianggap anak yang cerdas dan selalu mengikuti petunjuk gurunya biarpun sesungguhnya petunjuk itu menyesatkan. Tetapi selalu berakhir menguntungkan karena Werkudara tulus dan selalu setia mengikuti petunuk gurunya.
Pada Perang Besar Barata Yuda, Werkudara dan Arjuna merupakan dua tokoh andalan Pendawa dan berhasil membunuh kedua musuh besar tersebut biarpun keduanya termasuk sakti dan memiliki berbagai kelebihan disbanding serratus anak-anak keluarga Astina yang menjadi lawan besar dalam perang tersebut. Werkudara dan Janaka menjadi dua tokoh phenomenal yang menjadi andalan perang besar tersebut.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: