Petani Sawah Menjerit

Petani Sawah Menjerit

PINO RAYA, BE – Petani sawah di Kabupaten Bengkulu Selatan merasa resah karena saat ini sudah memasuki kemarau. Padahal tanaman padi mereka baru berumur sekitar 2 bulan.

Terutama petani sawah di Ataran Air Sapatan Desa Tungkal I dan Tungkal II, serta Ataran Binjai Desa Padang Lebar. Mirsan (40), salah satu petani dari Ataran Sapatan mengaku kondisi itu sangat berpengaruh dengan pertumbuhan padi yang mereka tanam. \"Saat ini musim kemarau sudah datang, padahal tanaman padi kami baru mau keluar buahnya,” keluhnya.

Dirinya khawatir sawah di Ataran Sapatan  seluas 200 ha tersebut akan gagal panen. Pasalnya air di bendungan Sapatan sudah sangat kecil dan tidak mampu lagi mengairi sawah petani. Karena bukan hanya faktor kemarau, tetapi juga saluran irigasi juga banyak yang jebol sehingga air yang ada di saluran itu tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk mengairi sawah.

\"Padahal saat ini sawah kami sedang membutuhkan air, jika air tidak ada maka padi itu akan kering dan tidak akan berisi,” katanya. Semaun (45), petani Desa Talang Padang, di Ataran Binjai mengeluhkan hal serupa. Parahnya sawah mereka hanya mengandalkan air hujan, sehingga jika hujan tidak turun maka tanaman padi akan rusak dan panen dipastikan terancam gagal.

”Kalau sawah diataran Binjai ini sumber airnya hanyalah air hujan. Karena sudah sebulan hujan tidak turun lagi, tanah di sawah kami sudah kering dan padinya pun sudah mulai rusak,” ujarnya.

Baik Mirsan maupun Semaun mengharapkan adanya perhatian Pemkab BS untuk memberikan bantuan berupa mesin pompa air. Karena dengan adanya bantuan mesin pompa air itu, mereka dapat kembali mengairi sawah para petani. \"Harapan kami ada bantuan mesin pompa air agar sawah kami ini dapat berair hingga padinya berisi sehingga ancaman gagal panen tidak terjadi,” harapnya.(369).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: