Kesaktian Pelana Kuda Sunan Muria, Bisa untuk Memanggil Hujan!

Kesaktian Pelana Kuda Sunan Muria, Bisa untuk Memanggil Hujan!

Pelana kuda peninggalan Sunan Muria kerap digunakan masyarakat sekitar Gunung Muria untuk meminta hujan jika terjadi kekeringan.-Bengkulu Ekspress-Istimewa

BENGKULUEKSPRESS.COM - Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Umar Syahid. Nama kecil beliau ialah Raden Prawoto.

Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga hasil pernikahannya dengan Dewi Saroh, puteri Maulana Ishak. Setelah dewasa, Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, puteri Sunan Ngudung, memperoleh seorang putera yang bernama Pangeran Santri, di kemudian hari telah diberikan nama julukan Sunan Ngadilangu.

BACA JUGA:Gus Baha Ungkap Bacaan Dahsyat agar Dimudahkan Persoalan Hidup!

Sunan Muria pun memiliki pertalian keluarga dengan Sunan Kudus, karena Sunan Kudus adalah putera kepada Sunan Ngudung (Raden Usman Haji).

Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil, dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo.

Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut. Ia satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam. Salah satu hasil dakwah beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti.

BACA JUGA:Harga Kripto Merah Merona Diakhir Kuartal II Awal Pekan Ini

Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.

Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus dan Pati. Peranan serta jasa Sunan Muria semasa hidupnya membuat makam beliau yang terletak di Gunung Muria sampai hari ini tidak pernah sepi peziarah. Di atas bukit Muria itulah letaknya makam Sunan Muria, di belakang Masjid yang konon dibuat sendiri oleh beliau.

BACA JUGA:Bisa Kualat Jika Menghina Mereka! Inilah Khodam Pendamping Para Ahli Zikir

Karomah Sunan Muria diantaranya adalah benda bekas peninggalannya, diantaranya pelana kuda yang kerap digunakan masyarakat sekitar Gunung Muria untuk meminta hujan jika terjadi kekeringan di wilayah tersebut.

Ritual minta hujan tersebut dikenal dengan nama guyang cekathak atau memandikan pelana kuda milik Sunan Muria. Ritual ini biasanya digelar pada hari Jumat Wage di musim kemarau. Ritual diawali dengan membawa pelana kuda peninggalan Sunan Muria dari Komplek Masjid Muria ke mata air Sedang Rejoso di Bukit Muria.

BACA JUGA:Kawasaki Luncurkan Motor Matic Baru, NMAX dan PCX Ketemu Lawan

Di mata air ini, pelana kuda kemudian dicuci lalu air sendang lalu dipercik-percikan ke warga. Usai mencuci pelana kuda, dilanjutkan dengan membacakan doa dan menunaikan salat minta hujan (Istisqa).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: