Dewi Lanjar, Ratu Penguasa dan Pesugihan Pantai Utara Jawa

Dewi Lanjar, Ratu Penguasa dan Pesugihan Pantai Utara Jawa

ILUSTRASI, Dewi Lanjar sang penguasa pantai utara jawa yang memiliki keraton di daerah Pekalongan-Bengkulu Ekspress-Istimewa

BENGKULUEKSPRESS.COM -  Nama Nyi Roro Kidul sudah melekat dalam ingatan orang-orang sebagai ratu pantai selatan. Legenda mengenai adanya penguasa yang memegang seluruh garis pantai selatan di pulau Jawa ini pun banyak dipercaya oleh orang-orang.

BACA JUGA:Begini Cara Melakukan Puasa Weton dan Manfaatnya

Sehingga, bila ada aturan tertentu ketika mereka berwisata ke pantai selatan, maka hal tersebut akan dipatuhi. Misalnya, satu larangan yang sudah jadi kepercayaan tersebut adalah tidak boleh memakai baju hijau ketika ke pantai, sebab ada kemunginan orang tersebut akan ditarik ke alam lain. Selain itu, masih ada lagi cerita yang berkaitan dengan ratu pantai selatan.

Kalau ada ratu penjaga pantai selatan, lantas, adakah ratu yang menguasai pantai utara Jawa?

BACA JUGA: Ini Dia Peribahasa Jawa Terpopuler yang Wajib Kamu Ketahui!

Legenda tersebut ada. Penguasa itu bernama Dewi Lanjar si Ratu Laut Utara. Cerita tentang tentang sang penguasa laut utara ini juga sangat melekat dalam kehidupan budaya Pekalongan, Jawa Tengah. Menurut kepercayaan sekitar, bila ada anak yang hilang di pantai utara, kemungkinan anak itu dibawa oleh Dewi Lanjar.

Punya Hubungan dengan Kanjeng Ratu Kidul

Nama asli Dewi Lanjar adalah Rara Kuning. Dalam bahasa Jawa, Lanjar punya arti sebagai perempuan yang sudah bercerai dan belum punya anak. Konon, ia memiliki keraton gaib yang ada di Pantai Slamanan, Pekalongan.

BACA JUGA:Ini Dia Mitos dan Pantangan yang Berkembang di Masyarakat Betawi!

Penamaan ini berkaitan dengan kisah hidupnya yang sempat mengalami masa-masa berat. Bersumber dari buku Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa karangan Muhammad Sholikhin, kala itu, Rara Kuning adalah seorang putri yang cantik jelita dan sempat menikah dengan seseorang.

Tapi sayangnya, ia ditinggal oleh suaminya di usia perkawinannya yang masih seumur jagung. Usia Rara Kuninig juga masih tergolong muda saat suaminya meninggal dunia.

BACA JUGA:Tekun dan Sabar, Ini Pekerjaan yang Cocok untuk Weton Jumat Kliwon

Pasca kejadian itu, nama suaminya selalu terlintas dalam benak pikirannya. Setiap saat, ia teringat dan terus teringat, sampai-sampai ia merasa beban hidupnya sangatlah berat.

Lama kelamaan, ia berpikir kalau setiap waktu memikirkan suaminya terus akan berakibat buruk dalam jangka panjang. Sebagai upaya untuk berdamai dengan apa yang dialaminya, Rara Kuning memutuskan untuk pergi ke arah selatan menuju daerah lain. Wilayah demi wilayah pun ia lalui.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: