Canggih! Alat Pembaca Pikiran akan Tersedia di Masa Depan

Canggih! Alat Pembaca Pikiran akan Tersedia di Masa Depan

Tim dari University of Texas telah menciptakan antarmuka otak-komputer yang mampu menghasilkan kalimat lengkap berdasarkan apa yang dipikirkan orang-Bengkulu Ekspress-Istimewa

BENGKULUEKSPRESS.COM - Kemampuan membaca pikiran mungkin akan segera bisa dilakukan. Para peneliti telah mengembangkan decoder ucapan non-invasif yang dapat menerjemahkan aktivitas otak menjadi kata-kata, sesuatu yang suatu hari nanti dapat membantu mereka yang kehilangan kemampuan berbicara. Menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), tim dari University of Texas telah menciptakan antarmuka otak-komputer yang mampu menghasilkan kalimat lengkap berdasarkan apa yang dipikirkan orang.

BACA JUGA: Jimat Rantai Babi yang Bawa Kekebalan Pemakainya

Dekoder bahasa sebelumnya sering membutuhkan operasi otak invasif untuk berfungsi, sementara hambatan umum untuk dekoder eksternal adalah kecepatan bahasa Inggris lisan dibandingkan dengan kecepatan fMRI yang dapat mendeteksi aktivitas otak. 

Gambar otak tunggal dapat dipengaruhi oleh lebih dari 20 kata. Untuk mengatasinya, tim merekam tiga subjek yang mendengarkan cerita naratif selama 16 jam untuk melatih model memetakan aktivitas otak yang tidak hanya terkait dengan kata-kata tertentu, tetapi juga frasa. Algoritma kemudian digunakan untuk mencari urutan terbaik berdasarkan sinyal otak yang 'relatif lambat'. "Tujuannya adalah merekam aktivitas otak pengguna dan memprediksi kata-kata yang didengar, diucapkan, atau dibayangkan pengguna," kata penulis utama Jerry Tang.

BACA JUGA:Ngeriii! 23 Pekerjaan Terancam Punah di 2030

Tang berharap inovasi ini dapat membantu orang yang kehilangan kemampuan berbicara, misal mereka yang menderita cedera otak seperti stroke, atau penyakit seperti ALS (suatu bentuk penyakit neuron motorik).

Rekan penulis Alex Huth, dari HuthLab Universitas, mengatakan perbedaan utama antara dekoder dan model non-invasif lainnya adalah area otak yang dipetakan. "Sebagian besar sistem yang ada bekerja dengan melihat tahap terakhir dari keluarnya ucapan," kata Mr Huth. Mereka merekam dari area motorik otak, area yang mengontrol mulut, laring, dan lidah.

Apa yang mereka pecahkan adalah bagaimana orang tersebut mencoba menggerakkan mulutnya untuk mengatakan sesuatu, yang bisa efektif dan digunakan pada orang dengan sindrom terkunci. "Sistem kami bekerja pada tingkat yang sangat berbeda, ia bekerja pada tingkat ide, semantik, dan makna.

Itulah sebabnya apa yang kami keluarkan bukanlah kata-kata persis yang didengar atau diucapkan seseorang. Itu adalah ide yang sama tetapi kadang-kadang diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda," imbuhnya. Misalnya, saat pengguna mendengar kata-kata 'saya belum memiliki SIM', decoder memprediksi kata-katanya sebagai 'dia bahkan belum mulai belajar mengemudi'. Model tersebut juga mampu menerjemahkan pemikiran orang saat mereka menonton video tanpa dialog.(**)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: