Demokrasi dan Golput

Demokrasi dan Golput

\"ilustrasiPEMILU 2009 lalu, dari 171,265,443  juta pemilih yang terdaftar, hanya 121,588,366 juta orang yang  mendatangi TPS. Sedang 49,677,776  juta orang (sama dengan pendudk Australia) atau 29 % tidak ikut memilih alias  Golput. Dari 122 juta yang mencoblos, 17 juta suara tidak sah. Diantara yang tidak sah ini mungkin masih ada yang termasuk Golput.

Apakah dengan tingginya angka Golput lantas pemilu tidak demokratis ? Tetap demokratis, karena yang golput itu sebenarnya telah melakukan pilihan. Yaitu mereka akan menerima siapapun yang akan terpilih untuk menjadi wakil rakyat, untuk memimpin daerah atau negara.

Negara Maju Kita membayangkan di Amerika Serikat (AS), negara yang terkenal paling maju kehidupan demokrasinya, partisipasi warga dalam pemilu pasti tinggi, ternyata tidak. Rata-rata partisipasi pemilu hanya 60 % dari pemilih yang sah (registered voters). Khusus untuk pemilihan presiden Obama tahun 2008 agak spektakuler, angkanya sedikit di atas 70 %,  tertinggi sepanjang sejarah pemilihan presiden AS.

Tambahan pemilih datang dari golongan pemuda yang biasanya tidak pernah ikut pemilu. Banyaknya pemilih muda pada waktu Obama karena tim sukses Obama banyak melibatkan anak-anak muda sebagai relawan.  Di Australia, mencoblos hukumnya wajib bagi registered voters. Walaupun setelah masuk ke bilik suara tidak memilih,  itu hak mereka. Pemilu diselenggarakan pada hari Sabtu, sehingga tidak harus meliburkan sekolah atau kantor-kantor. (net)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: