Indonesia Kembangkan Sistem AI Untuk Deteksi Pencucian Uang

Indonesia Kembangkan Sistem AI Untuk Deteksi Pencucian Uang

--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang kian cepat dan masif, menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan potensi pelanggaran privasi atas data yang dikumpulkan dan dimanfaatkan dalam teknologi ini.

Kekhawatiran itu, setidaknya tampak dari hasil survei Organisasi Konsumen Eropa (European Consumer Organization) pada 2020 yang menyebut, 45-60 persen masyarakat di Benua Biru percaya bahwa penggunaan teknologi AI di berbagai sektor, akan menyebabkan lebih banyak penyalahgunaan data pribadi.

Pasalnya, AI merupakan teknologi yang dapat mengumpulkan dan menggunakan data masyarakat, yang mungkin saja termasuk informasi sensitif. Ada banyak layanan dan produk online populer yang mengandalkan kumpulan data besar untuk mengajarkan dan meningkatkan algoritma AI mereka.

Salah satu sektor yang sangat sensitif terhadap isu perlindungan privasi dan manajemen data adalah jasa keuangan dan medis. Dua sektor ini pun, belakangan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong efisiensi dan peningkatan kualitas dalam proses kerja mereka.

BACA JUGA:Banyak yang Baru Tahu Cara Keluar Grup WA Diam-diam

BACA JUGA:Begini Cara Mudah Mengembalikan Foto Terhapus di Galeri HP

“Misalnya saja, penggunaan AI untuk membantu dokter mendeteksi suatu penyakit, atau pemanfaatan AI untuk mengecek praktik kejahatan finansial di dalam dunia perbankan,” kata Ketua Progam Studi S1 Computer Systems Engineering Universitas Prasetiya Mulya, Agung Alfiansyah.

Dalam konteks pemanfaatan AI di dunia medis, Agung melanjutkan, saat ini kian banyak sistem diagnosa berbasis AI yang diujicoba untuk diimplementasikan secara luas untuk kesehatan. Agung bersama tim mahasiswa Prasetiya Mulya termasuk sedang mengembangkan sistem AI yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dokter mendeteksi penyakit pneumonia atau radang paru-paru. “Dalam sistem ini, kami memanfaatkan data-data yang dimiliki dokter. Nah, dokter mendapatkan data tersebut dari pasien.” ujarnya.

Pengembangan sistem machine learning lain yang telah dikembangkan Agung dan timnya dari Perancis tiga tahun yang lalu adalah sistem berbasis AI yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara.

Dalam konteks lain, tim pengembang AI Program Studi Computer Systems Engineering Prasetiya Mulya pun kini tengah meneliti kemungkinan penggunaan AI untuk mendeteksi kejahatan finansial. “Sistem ini diharapkan bisa digunakan untuk mendeteksi kasus penipuan, fraud, sampai kejahatan pencucian uang,” papar Agung.

Berbagai manfaat dan potensi AI untuk digunakan di berbagai bidang tersebut mendorong minat masyarakat untuk mempelajari sistem ini. Universitas Prasetiya Mulya, melalui rumpun keilmuan science, technology, engineering, and mathematics (STEM), menyadari hal ini dengan menyediakan bidang ilmu AI di jurusan S1 Program Studi Computer Systems Engineering sejak 2017.

“Belakangan minat mahasiswa kami untuk mendalami AI juga terus meningkat dari tahun ke tahun,” Kata Agung.

Untuk mempersiapkan sarjana dengan bekal keilmuan mumpuni di bidang AI, Program Studi Computer Systems Engineering memberikan sejumlah mata kuliah terkait kecerdasan buatan. ”Kemudian, mahasiswa yang tertarik mendalami AI, bisa mengambil mata kuliah pilihan, seperti robotics, machine learning dan computer vision,” Imbuhnya.

Para mahasiswa pun tak hanya mendapatkan ilmu terkait kecerdasan buatan dalam konteks praktikal, “Lebih dari itu, kami justru menitikberatkan pada hal-hal fundamental dan teoretisnya, termasuk juga mengenai etika,” tutup Agung. (**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: