KISAHKU YANG BARU DIMULAI

KISAHKU YANG BARU DIMULAI

Deliya-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

Halo kenalin, aku sih pendiam, kadang juga receh. Aku berusaha melewati hari-hariku dengan baik, apapun kondisinya semua sudahku lewati, bahagia, sedih. Yah itulah yang kualami, sejak hari itu, suasana yang masih aku ingat di setiap sudut aku merasan hal yang berbeda dari sudut lain. 

Sunyian malam sangat kunikmati, keheningan demi keheningan yang menyelimuti tubuhku, kadang alunan musik juga menemani, kadang juga ditemani tetasan hujan mengingatkanku dengan tulisan lamaku. Setiap hari aku melihat diriku dari kaca kamar, sembari berkata, terimakasih untuk senyummu. Cerita ini dimulai ketika aku dijenjang bangku SMP, aku melihat diriku yang berbeda, lebih banyak diam, sungguh labil aku dulu.

Kadang juga mudah mudian, emosi terkadang tidak terkontrol. Aku merasa tertantang belajar di sini, kadang aku juga minderan ketika melihat teman-temanku pintar semua, dan sejak itu aku berpikir aku pasti bisa melewatkan ini, dan akhirnya aku berteman sama mereka. Aku kira setelah aku berteman sama mereka, mereka akan membantuku, tapi nyatanya tidak, lalu aku memilih berteman sama orang lain, namanya Jesika. Dia cukup pintar dan disayang sama guru, dan dia mau berteman sama aku. Kita bikin tugas bareng, bahkan kita sudah cerita masalah pribadi masing-masing. Terkadang aku juga tidak sependapat sama Jesika, dan itu wajar saja, kadang ribut, nggak sampai satu hari, kita baikan lagi kok hehehe.

Hari demi hari sudah kulewati bareng Jesika, bahkan kami bilang kita bareng-bareng terus yah, kapapun kita tetap teman. Sampailah dihari itu, hari selesai tugas kami di SMP. Setelah masa SMP, aku kira cuman tugasku saja selesai di sana, ternyata itu awalan aku harus tanpa Jesika. Kami pernah berniat satu SMA yang sama, tapi takdir berkata lain, temanku Jesika tidak dapat izin

orangtuanya di sekolah yang sudah kami pilih, dan Jesika masuk sekolah yang orangtuanya izinkan.

Walapun kami beda sekolah waktu SMA, kami tetap berkomunikasi dengan baik, sesekali kami diskusi dan main bareng... Perjalanan di SMA aku mulai dengan yang baru, lingkungan baru, teman-teman baru dan aku sangat senang akan hal itu.

Aku sangat beda ketika SMA, aku yang dikenal orang-orang ceria, ramah, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Entah kenapa tanpa kusadari aku bukan lagi seorang introvert, sudah berapa eskul kumasuki, mulai dari eskul fisik, sampai ke agama. Aku cukup dikenal aktif di sekolah.

Pada suatu hari aku kenal sama seseorang, namanya Intan dan Intun. Mereka berdua adalah kakak kelasku.

Mereka cantik, pintar mengaji bahkan cukup berprestasi di sekolah. Mereka salah satu idola saya di sekolah. Intan dan Intun adalah sahabatan, dan aku mencari tau tentang mereka.

Semakin berjalanannya waktu aku dekat sama mereka, dan aku banyak belajar dari mereka. Dulu aku tidak percaya ada orang sebaik mereka. Melain pintar akademik mereka juga unggul dalam memahami agama. Bahkan seusia mereka, mereka sangat terlihat dewasa, mereka mensupportku, dan mengajaku ikut organisasi dan kegiatan-kegiatan positif lainya.

Ketika itu aku bertemu teman baru, dia bilang dia kenal aku lebih dulu. Dan mau berteman Lebih dekat sama aku. Namanya Oce. Dia cantik, dan seru kalau diajak ngobrol. Dan waktu itu dia bilang dia mau masuk dan pindah ke sekolahku. Mau satu jurusan sama aku, dan mau satu kelas juga. Aku

bilang jangan, kamu boleh satu jurusan sama aku, tapi jangan satu kelas, dan akhirnya dia dapat kelas unggul MIPA 1. aku dan Oce cukup dekat, kita bersahabat, sampai kita satu organisasi yang sama, berjalannya waktu aku ribut sama Oce. Karena kesalahpahaman, Oce diam tanpa sebab. Dia menjauhiku. Bahkan ketika di organisasi saja, kita seolah-olah nggak kenal. Akhirnya aku nanya sama Oce kamu kenapa? Apa aku ada salah? dia jawab nggak ada.

Berkali-kali aku nanya sama dia, akhirnya dia jawab, menjalankan pertemanan ini kita, aku dan kamu, tapi malah kamu percaya sama orang lain. Aku bilang ok aku minta maaf. Kata Oce temanan kita cukup sampai di sini saja, dan aku berusaha menjelaskan kenapa aku biasa kayak gitu. Dan akhirnya kami tidak berkomunikasih lagi, baik whatsapp. Sampai bertemu saja sama-sama males.

Tetapi di depan orang lain, kami berusaha akur, seolah-olah nggak ada apa-apa. Sekesel-keselnya aku sama dia, aku tetap bilang selamat atas prestasinya. Soalnya dia ikut lomba, dan saat itu dia sakit. Aku memilih menemuinya, aku lupain masalah aku sama Oce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: