Para Pendekar Kuntaw di Tanah Haji

Para Pendekar Kuntaw di Tanah Haji

Sore itu suara gendang bertalu-talu. Suara itu seolah memanggil orang-orang yang mendengarnya untuk mencari sumber suaranya. Apalagi gendang itu ditabuh oleh Nang Cik (Radin Mulia) salah seorang penabuh gendang terbaik di Marga Haji.

Sore itu akan ada pertunjukan silat (Kuntaw) di muka umum (sering disebut: main di tengah). Karena yang berhadap-hadapan adalah Pendekar Kuntaw kelas atas. 

Membuat panitia harus menempatkan ada dua orangwasit  (yang juga Pesilat) masing-masing Mangkualam Umar dan Abdurrachman Radin Kesuma. Lapangan kecil itu penuh sesak oleh ratusan penonton.

Bahkan banyak anak-anak rela memanjat pohon untuk menyaksikan jalannya pertunjukan. Ya, sore itu seorang guru Kuntaw yg berasal dari Sukabanjar (suku Daya) menyelesaikan (tamat) pelajaran Kuntaw bagi murid-muridnya didesa  Kuripan.

BACA JUGA:Ibnu Batutah, Penjelajah Muslim Legendaris dalam Sejarah Dunia

Usman seorang guru Kuntaw dari Desa Sukabanjar itu berhadapan dengan Mangkualam Hamid seorang ahli Kuntaw dari desa Kuripan. Ketika kedua Pesilat terlalu rapat berhadapan, dengan cepat wasit memerintahkan untuk menjaga jarak agar tidak terjadi kontak fisik. Setelah berlangsung lebih kurang 30 menit keduanya mengakhirinya dengan bersalaman sebagai tanda persahabatan.  Mereka berpedoman pada falsafah silat: 'silat itu ke atas (batinnya) mencari Tuhan, ke bawah (zahirnya) mencari teman.

Para penonton yang terdiri dari lelaki, perempuan bertepuk tangan, mengagumi permainan kedua Pesilat. Tentu saja sekalipun kedua Pesilat itu berasal dari aliran Kuntaw yang berbeda tapi permainan Kuntaw sore itu tidak bertujuan untuk saling mencelakai. Acara ditutup dengan makan bersama.

Terlihat seorang Pendekar Kuntaw bernama Jamsak mengambilkan nasi untuk Jalang Saka walaupun tadinya mereka berdua berhadap-hadapan dilapangan  Kuntaw. Sebuah bentuk persahabatan yg patut diteladani.

Era tahun 70 sampai 80 awal tradisi Kuntaw sangat akrab pada masyarakat suku Haji Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan. Tradisi belajar Kuntaw (silat) pernah berkembang pesat ditanah Haji. Sama halnya dengan tradisi belajar gitar tunggal batang hari sembilan dan menari.

BACA JUGA: Dewi Athena, Simbol Perjuangan Wanita Mandiri, Kuat dan Tangguh

Silat bagi masyarakat suku Haji selain sebagai alat beladiri juga diposisikan sebagai seni budaya, dulu atraksi  silat dan tari silat sering diperagakan pada acara 17 Agustusan.

Sekarang ini dengan berkembangnya alat musik modern tarian silat jarang ditampilkan. hanya sesekali tarian silat (lebih sering disebut tari Tigal) tampil dibelakang pasangan pengantin yang diarak. Beberapa tokoh tercatat pernah menekuni tradisi Kuntaw bahkan ada yang pernah diberi julukan Hulu Balang Marga Haji.

Berikut diantaranya: MAS GEDUNG Tidak diketahui nama aslinya, tapi orang memanggilnya Mas Gedung, beliau adalah Pendekar generasi paling tua di Tanah Haji.

Beliau lahir di Desa Karang Pendeta. Silatnya beraliran Melayu, dipercaya memiliki kesaktian tinggi yg didapat dari Berkhalwat atau Bersemedi (bertapa dalam tanah seperti dikubur).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: