Harga Pupuk Makin Tak Terkendali

Harga Pupuk Makin Tak Terkendali

\"\"   BENGKULU TENGAH, BE - Petani sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah mengeluhkan harga pupuk yang semakin menggila. Sebab, kenaikan harga pupuk dinilai sudah tak wajar lagi. Misalnya harga pupuk non subsidi NPK Sawit Pak Tani kemasan 50 Kg, 8 bulan lalu harganya Rp 360 ribu per sak, saat ini Rp 580 ribu per sak. Demikian juga pupuk NPK Hi-Kay yang semula Rp 280 ribu per sak, sekarang Rp 600 ribu per sak. KCL semula Rp 295 ribu naik Rp 570 ribu, urea semula Rp 270 ribu naik jadi Rp 400 ribu, TSP awalnya Rp 380 ribu naik jadi Rp 520 ribu. Selain pupuk non subsidi, pupuk subsidi juga mengalami kenaikan. Urea yang semula Rp 135 ribu per sak, kini Rp 155 ribu, NPK Phonska sebelumnya Rp 145 ribu menjadi Rp 180 ribu, SP-36 semula Rp 140 ribu saat ini Rp 180 ribu. Salah seorang petani sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Dendy Supriadi, S.Pd.I mengatakan meskipun harga tandan buah segar (TBS) juga mengalami kenaikan, namun belum seimbang dengan kenaikan harga pupuk yang meroket tajam. Mengingat, sejak 5 bulan lalu buah sawit mulai trek, hingga saat ini belum mengalami kenaikan. \"Kalau pemerintah hanya diam, harga pupuk ini akan terus melambung. Celakanya nanti, bila harga TBS turun, harga pupuk tidak ikut turun, maka bisa dipastikan petani akan semakin terpuruk, karena produksi minim akibat kebun tidak dipupuk,\" ujar Dendy. Ia mengaku, solusi pupuk non subsidi mahal bisa saja beralih ke pupuk subsidi, namun kendalanya pupuk subsidi sulit didapat. \"Syarat membeli pupuk subsidi harus menjadi anggota kelompok tani. Itu dapat pupuknya juga terbatas, tidak bisa membeli dalam jumlah banyak,\" ujarnya. Kalau pun dapat membeli banyak, lanjut Dendy, kualitas pupuk subsidi berbeda jauh dengan non subsidi. \"Pupuk subsidi juga harus dicampur dengan pupuk non subsidi, misalnya pupuk subsidi NPK Phonska harus ditambah dengan non subsidi KCL, kalau hanya mengandalkan pupuk subsidi, maka hasilnya tidak akan maksimal,\" imbuh pria yang juga Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Bengkulu Ekspress (BE) ini. Untuk itu, ia berharap pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Bengkulu tidak menutup mata dengan kenaikan harga pupuk ini. Sebab, produk yang sangat dibutuhkan oleh petani tersebut bila sudah naik, maka sulit akan turun. \"Kami berharap pemerintah tidak tinggal diam, segera bertindak untuk mencari solusinya. Mengingat pupuk tidak hanya dibutuhkan oleh petani sawit, tapi juga petani padi, karet, kakao, palawija dan petani lainnya,\" harap pria asal Talang Buai, Selagan Raya, Mukomuko ini. Sementara itu, pemilik Kios Pupuk Rezeki di Kecamatan Pondok Kubang, Bengkulu Tengah, Ajis mengatakan kenaikan pupuk ini disebabkan bahan baku yang diimpor dari luar negeri terus mengalami kenaikan. \"Hampir semua bahan baku pupuk diimpor dari luar negeri, karena harganya naik, otomatis harga ecernya juga naik,\" ujar Ajis. Ia mengaku tidak bisa berbuat banyak terkait kenaikan harga pupuk ini. Karena membeli dari distributor sudah tinggi, maka ia pun terpaksa menjualnya dengan harga tinggi. \"Kemungkinan ke depan masih akan naik terus, karena belum ada tanda-tanda akan turun,\" imbuhnya. Sementara itu, pengecer pupuk subsidi yang di wilayah Kecamatan Pondok Kubang, Darus mengatakan kenaikan harga pupuk juga dipicu minimnya stok dari distributor ke kios pengecer. \"Sistem di gudang itu berebutan sesama kios karena stok terbatas. Meskipun sudah diusulkan sesuai kebutuhan, tetap saja masih kurang,\" ujarnya. Ia mengaku, untuk mendapatkan pupuk pihaknya harus membayar di depan. Kadang-kadang sudah berminggu-minggu dibayar baru pupuknya dikirim. \"Khusus pupuk subsidi, harganya ikut naik karena subsidinya dikurangi oleh pemerintah pusat,\" terangnya. Selain itu, kenaikan harga pupuk juga disebabkan besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan kios pengecer. \"Biaya pengurusan administrasi, ongkos kirim, upah bongkar, uang asam sopir, dan lain-lain. Itu kalau diakumulasi nilainya juga besar dan ditanggung oleh kios, bukan distributor,\" pungkasnya. (ds)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: