Prodi S-1 Jurnalistik Unib Implementasikan Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka
BENGKULU,BE-Program Studi S-1 Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Bengkulu (Unib) segera mengimplementasikan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Langkah awal terlaksananya program tersebut, Prodi S-1 Jurnalistik, Rabu (26/10) melakukan penyusunan kurikulum dan RPS MBKM, dengan melibatkan berbagai stakeholder, antara lain perusahaan media lokal di Bengkulu, dan instansi pemerintah. Ketua Prodi Jurnalistik, Yuliati S. Sos. M.I.Kom, mengatakan penyusunan kurikulum MBKM dilakukan dengan menggelar diskusi dengan instansi stakholder, yang kemudian akan ditindalanjuti dengan perjanjian kerjasama. \"Adanya program merdeka belajar ini merubah kurikulum sebelumnya. Jika tadinya mahasiswa magang mulai semester tujuh, nanti bisa dilakukan pada semester lima,\" ucapnya. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa akan mempraktekan perkuliahan setara 20 SKS selama satu semester. \"Nantinya mahasiswa akan ditawari beberapa paket mata kuliah, dan mahasiswa bebas menentukan pilihan,\" katanya. Wakil Dekan Bidang Bidang Akademik. Dr. Hajar G. Pramudyasmono, MA, mengatakan implementasi MBKM sebagai pelaksanaan mandat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. \"Ini program yang selama ini didorong kementerian untuk segera dilaksanakan,\" ucapnya. Hajar menambahkan, dengan pelaksanaan MBKM, proses pembelajaran mahasiswa tidak dilakukan secara konvensional lagi. Banyak perubahan pada kurikulum yang akan diterapkan. \"Mahasiswa akan melaksanakan program perkuliahan yang bisa memperluas wawasan peserta didik,\" katanya. Menurutnya, magang tidak hanya sekedar mata kuliah seperti yang diterapkan selama ini. tetapi memiliki bobot SKS lebih banyak.\" Setara 10-20 SKS dan durasinya sangat panjang,\" katanya. Selain program magang, ada program lain yang ditawarkan ke mahasiswa yaitu kampus mengajar di daerah terpencil. \"Sebagai pertimbangan di daerah terpencil masih kekurangan tenaga pengajar,\" katanya. Selain itu, melalui program MBKM, mahasiswa juga diberikan kesempatan mengikuti kuliah nusantara, sehinga memungkinkan mahasiswa mengambil mata kuliah di universitas di daerah lain. \"Mahasiswa nanti boleh mengambil mata kuliah sampai 20 SKS di universitas lain. Tujuannya agar mahasiswa mengenal budaya dan wisata daerah lain,\" katanya. Tidak hanya itu, masih banyak pilihan lain yang ditawarkan kepada mahasiswa, antara lain prpgram bakti sosial, wirausaha, hingga program penelitian. \"Jika mahasiswa bisa melakukan penelitian, membuat jurnal, nanti tidak perlu skripsi lagi,\" katanya. Menurut Hajar, mahasiswa kedepan juga flexibel memilih mata kuliah yang akan diambil. Tidak hanya mata kuliah yang ditawarkan dalam prodi tersebut, tetapi juga bisa mengambil mata kuliah di prodi lain. \"Secara bertahan ini semua akan diterapkan, tentunya sebagai langkah awal membangun komunikasi dengan stakholder,\" pungkasnya. Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menjelaskan bahwa tujuan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah membuat pengalaman belajar yang menyenangkan dan relevan bagi mahasiswa dan dosen. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya menghadirkan simulasi dunia kerja bagi mahasiswa Kampus Merdeka. “Kita ingin membuat pembelajaran di perguruan tinggi merupakan simulasi dunia nyata,\" kata Mendikbudristek mengawali dialog dengan para rektor serta perwakilan dosen dan mahasiswa di depan halaman Auditorium Universitas Mataram (Unram), Kota Mataram, beberapa waktu lalu. \"Dosen harusnya tidak hanya ceramah di depan kelas, dosen bisa membuat rekaman pembelajaran kemudian ketika masuk ke kelas mahasiswa perlu diarahkan untuk lebih banyak berdiskusi, kerja kelompok, mengasah presentasi dan berdebat,” kata Nadiem. Mendikbudristek mengapresiasi perguruan tinggi negeri dan swasta yang antusias mengimplementasikan program Kampus Merdeka dengan berbagai tantangan di masa pandemi Covid-19. “Terima kasih kepada Bapak Ibu Rektor yang telah bekerja keras mengimplementasikan MBKM, tentu saja kemerdekaan bagi mahasiswa, itu berarti kerumitan bagi perguruan tinggi. Namun, kita perlu untuk terus mengupayakan perbaikan-perbaikan dalam sistem pendidikan tinggi dan kualitas lulusannya,” tutur Nadiem. (idm/ant))
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: