Selamatkan Bentang Alam Seblat
BENGKULU, BE - Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat gabungan dari aktivis mahasiswa, lingkungan dan pegiat konservasi serta pariwisata di Provinsi Bengkulu mendesak pemerintah mencabut izin produksi bernomor I.315.DESDM Tahun 2017 tersebut. Dikatakan Koordinator Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat, Sofian Ramadhan, Izin usaha pertambangan yang diberikan pemerintah kepada PT Inmas Abadi seluas 4.051 hektar sudah bermasalah sejak diterbitkan tahun 2017. Ia menjelaskan, izin produksi di lahan seluas 4.051 hektar itu berdasarkan kajian, seluas 735 hektar tumpang tindih dengan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat. Lalu, 1.915 hektar tumpang tindih dengan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis Register 69 dan seluas 540 hektar tumpang tindih dengan Hutan Produksi Konversi (HPK). \"Sejak 2018 telah mendesak pemerintah mencabut izin produksi bernomor I.315.DESDM Tahun 2017 itu. Tiba-tiba 14 Oktober 2021 sebuah surat kabar mengumumkan ada rencana penyusunan dokumen AMDAL PT Inmas Abadi. Dalam pengumuman itu masyarakat diberikan waktu 10 hari untuk menyampaikan masukan, respon dan sanggahan,\" terang Sofian, Kamis (21/10). Ia mengatakan, sejak awal Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat sudah melakukan protes keras atas terbitnya izin produksi PT Inmas Abadi di Bentang Seblat, \"Tahun 2018 kita telah membuat petisi penolakan tambang batu bara PT Inmas Abadi di Seblat yang telah ditandatangani hampir 6.000 orang dan petisi dalam berbahasa Inggris yang sudah ditandangani lebih 300 ribu orang,\" jelasnya. Ia mengungkapkan, kawasan Bentang Alam Seblat merupakan salah satu Bentang Bukit Barisan yang menjadi ikon konservasi di Provinsi Bengkulu. Kawasan ini adalah hulu dari sungai-sungai besar di Bengkulu seperti Sungai Seblat, Sungai Ketahun dan Majunto. Wilayah yang membentang dari Taman Wisata Alam (TWA) Seblat hingga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ini juga adalah potret sempurna keanekaragaman hayati hutan Sumatera termasuk harimau dan gajah Sumatera yang saat ini berstatus kritis (Critically Endangered). \"Di wilayah Bengkulu, Bentang Seblat adalah rumah terakhir bagi gajah Sumatera tersisa. Jadi kalau tambang ini beroperasi, bagaimana dengan hewan-hewan disana pasti terkena dampaknya,\" ucapnya. Selain itu, ia mengatakan, aktivitas tambang akan merusak Bentang Alam Seblat yang saat ini jadi rumah bagi satwa liar seperti gajah Sumatera, harimau Sumatera, beruang madu, tapir, burung rangkong dan jenis fauna lainnya, termasuk habitat asli bunga terbesar di dunia, bunga Rafflesia yang merupakan ikon Provinsi Bengkulu. Dan adanya tambang batu bara oleh PT Inmas Abadi di kawasan ini akan merusak hutan, yang berakibat pada musnahnya semua keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. \"Rencana kerja aktivitas tambang ada di tengah Sungai Seblat maka dapat dipastikan sumber air bersih bagi warga di Putri Hijau dan Marga Sakti Seblat akan hilang,\" kata Sofian. Sementara itu, pelaku industri wisata yang juga tergabung dalam Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat, Krishna Gamawan mengatakan, bahwa Alesha Wisata bersama dengan rekan-rekan lintas asosiasi pariwisata di Provinsi Bengkulu telah berkomitmen dan menandatangani nota kesepakatan (MoU) dengan desa di sekitar Bentang Seblat Bengkulu Utara. Menurutnya, komitmen ini dilakukan untuk membantu dan mendukung masyarakat desa menjadi desa mandiri dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat desa yaitu dengan pemanfaatan gerakan pariwisata berkelanjutan dan pelestarian biodiversitas di Bentang Seblat. \"Kami pun meminta Menteri Siti Nurbaya untuk tidak memberikan rekomendasi AMDAL PT Inmas Abadi karena kerusakan yang ditimbulkan terlalu besar dan tidak bisa dikembalikan,\" tutur Krishna kepada BE. Hal ini juga membuat koalisi menggalang dukungan dari masyarakat luas untuk terus bersama-sama mendesak Menteri LHK untuk tidak membahas dokumen AMDAL PT Inmas Abadi. \"Ada 50 lembaga yang ikut meminta menteri LHK untuk tidak merekomendasikan AMDAL PT Inmas Abadi dan akan terus bertambah,\" katanya. Selain itu, ia menyebutkan, pertambangan batu bara juga akan berdampak buruk pada sektor industri pariwisata. Jika Bentang Alam Seblat rusak maka otomatis menghambat pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, ekowisata dan kelestarian alam. Dikesempatan lain, Koordinator Elephant Care Comunity (ECC) Seblat Desa Suka Baru, Anang Widiatmoko menambahkan, sebagian besar warga desa di wilayah itu bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun. Area pertanian dan perkebunan warga, sebagian besar berada di hilir Sungai Seblat, yang memiliki ketergantungan sumber air dari sungai tersebut. \"Banjir bandang yang diakibatkan meluapnya Sungai Seblat tahun 2016 lalu, telah mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit dirasakan oleh warga Suka Baru, terutama akibat dari gagal panen. Peristiwa itu menjadi alarm bagi kita semua bahwa akibat kerusakan ekologis akan berbalik dalam wujud bencana,\" kata Anang. Ia juga menambahkan, Sungai Seblat juga merupakan urat nadi bagi kehidupan sosial bagi seluruh masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai sebelat. \"Kita berharap pemerintah tidak salah langkah terhadap hal itu, banjir yang terjadi sekarang ini juga akibat semakin habisnya hutan-hutan dikawasan hulu,\" jelasnya. Sementara, Olan Sahayu Manager Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia mengatakan, berkaca dari wilayah bekas areal penambangan di wilayah lain di Bengkulu, yang tersisa hanyalah kerusakan dan membuat wilayah tersebut semakin rentan bencana, terutama banjir seperti yang saat ini terjadi di wilayah Bengkulu Tengah. Bahkan dalam pengumuman yang disampaikan dalam media massa disebutkan bahwa selama pra-konstruksi, konstruksi dan produksi akan berdampak negatif seperti penurunan kualitas air, erosi, terganggunya habitat sastwa. Menurut Olan, belum ada praktik pertambangan yang mampu mengantisipasi dampak buruk seperti yang mereka sebutkan sendiri di dalam pengumuman tersebut, bahkan yang akan terjadi adalah pencemaran terhadap Sungai Seblat dan meningkatnya risiko bencana banjir. \"Ingat pada tahun 2016, Sungai Seblat dilanda banjir bandang yang membuat rumah terendam, puluhan ternak hanyut, bahkan jalan nasional terputus total, jangan sampai hal ini pun terjadi lagi,\" terang Olan. Bila PT Inmas Abadi diizinkan beroperasi di Bentang Seblat, maka potensi banjir yang lebih parah akan menghantui wilayah penambangan di lima desa di kawasan Bentang Alam Seblat yakni Desa Sukabaru, Sukamerindu, Sukamaju, Air Putih dan Sukamakmur. \"Kita bersama koalisi lainnya akan terus memperjuangkan agar PT Inmas Abadi tidak melakukan aktifitas pertambangan disana. Kita akan pasang badan jika hal ini pun tetap terjadi,\" demikian tegasnya. (529)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: