Korban Terbanyak, Bukan Kecelakaan Pertama
Perlu Tambah Rambu Peringatan
PAGAR ALAM, bengkuluekspress.com - Kecelakaan bus Sriwijaya bukan kasus pertama di Liku Lematang, Pagaralam. Informasi yang dihimpun, pernah terjadi insiden serupa pada 1993. Bus AKAP lain pernah masuk ke jurang itu. Tapi korbannya tak sebanyak sekarang. Pernah juga mobil pribadi terjun bebas di sana, dua penumpangnya tewas. Lalu truk sembako juga pernah jatuh di jurang itu. Termasuk sepeda motor pun pernah.
“Ini memang tikungan mematikan. Lengah sedikit, jurang menanti,” kata Andi, warga Pagaralam yang sering melintas di sana.
Cerita yang pernah dia dengar, kawasan Liku Lematang juga agak menyeramkan. “Tapi saya belum pernah terlihat yang aneh-aneh,” tambahnya. Kemarin (25/12), upaya pencarian dan evakuasi para korban bus Sriwijaya yang masuk ke jurang di Liku Lematang Kecamatan Dempo Tengah Kota Pagaralam Senin malam (23/12) pukul 23.15 WIB dilanjutkan.
Sebelumnya, diakhir pencarian hari pertama, total ada 41 korban yang sudah dievakuasi. Kondisinya, 28 meninggal dunia (MD) dan 13 selamat. Nah, pada pencarian hari kedua kemarin, tim gabungan Basarnas, Polres Pagaralam, Sat Pol-PP Pagaralam, BPBD Pagaralam, Tagana Pagaralam dan warga setempat di lapangan menemukan tujuh korban lain dalam kondisi tak bernyawa.
Dengan begitu, total sudah 48 korban yang dievakuasi. Sebanyak 35 orang MD. Awalnya, tiga korban ditemukan pukul 10.35 WIB. Kemudian satu korban ditemukan pukul 12.55 WIB dan dua korban lainnya pukul 15.22 WIB. Pukul 16.41 WIB ditemukan lagi satu korban. Ada enam korban yang ditemukan diantara bangkai bus dan satu hanyut cukup jauh. “Semua sudah dibawa ke RS Besemah,” ucap Kepala Kantor Basarnas Palembang, Berty DY Kowaas.
Jika benar informasi kalau bus naas ini mengangkut 54 penumpang, maka artinya masih ada 9 korban lagi yang belum ditemukan. “Pencarian akan kita lakukan sampai semua korban ditemukan,” tandas Berty. Tim penyelam selain terkendala arus deras, ada lubuk/cekungan air di lokasi. Para korban mungkin ada yang hanyut atau tersangkut di dasar, disela bebatuan. “Kita masih terus menunggu kalau ada warga lain yang melapor sebab manifest penumpang tidak jelas totalnya berapa,” tuturnya.
Dalam upaya menemukan korban lain, bangkai bus ditarik ke tepi sungai. Tampak bagian atap bus BD 7031 AU rute Bengkulu-Palembang itu sudah terlepas dari bodi intinya, sehingga bangku-baku penumpang terlihat jelas. Kapolres Pagaralam AKBP Dolly Gumara SIK mengatakan, ada bekas ban mobil di jalan di pinggir jurang sehingga dugaan rem blong tidak benar. Hancurnya tembok beton pembatas menandakan bus melaju dengan kecepatan tinggi sebelum terjun bebas ke jurang sedalam 75 meter itu. “Dinding penahan itu bukti. Bus pasti kecepatan tinggi,” imbuhnya.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun tangan. Wakil Ketua KNKT, Haryo bahkan langsung datang meninjau lokasi. Dia menyampaikan, pihaknya masih mengumpulkan data. Untuk penyebab utamanya masih belum dipastikan apakah human error ataupun sarana transpostasi yang tak mendukung. \"Ada lima tahapan yang harus dilalui untuk mengungkap penyebab kecelakaan ini, dan upaya yang kita lakukan baru melewati dua tahap,\" ujarnya, kemarin.
Wali Kota Pagaralam Alpian Maskoni mengatakan, sebelumnya mereka telah melakukan perencanaan untuk pembangunan Jembatan Lematang. Tapi rencana yang diusulkan 2016 itu dibatalkan oleh pemerintah pusat. Hanya dilakukan pelebaran jalan pada 2017 dan 2018 di sekitar lokasi kejadian. Dijelaskannya, pengusulan jembatan itu sebagai antisipasi kecelakaan pada kendaraan yang melintas di Liku Lematang. Pembuatan beton pembatas di pinggir jalan juga untuk pencegahan. “Tapi tetap saja kejadian,” ucapnya.? Sebelumnya, Kakorlantas Mabes Polri Irjen Pol Istiono mengecek lokasi kecelakaan bus Sriwijaya di Pagaralam.
Juga para korban di RSUD Besemah. Katanya, bus berangkat dari loket Pasar Minggu Kota Bengkulu menuju Kota Palembang sekira pukul 14.00 WIB. Penumpang yang tercatat ada 31 orang. “Dalam perjalanan bertambah penumpang lain hingga 50-an orang. Jadi masih ada korban yang belum ditemukan,” ujarnya didampingi Dirlantas Polda Sumsel Kombes Pol Juni dan Kabid Dokes Kombes Pol dr Syamsul Bahar.
Dari keterangan para korban, sopir memacu bus dengan kecepatan cukup tinggi. Sebelum terjun bebas di jurang itu, bus mengalami dua insiden, yakni serempetan dan masuk siring. “Jadi sudah ada gejala. Nah, di TKP, bus masuk ke jurang dengan kemiringan sekitar 45 derajat,” bebernya. Dia mengimbau agar di lokasi perlu ditambah rambu peringatan karena karakteristik jalan di kawasan itu cukup berbahaya. \"Trek ini terlalu tajam. Para sopir harus konsentrasi, fisik prima, rem pakem dan waspada karena jalannya banyak tikungan, naik dan turunan tajam,\" imbuh Karkorlantas. (ald/tha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: