Ekspor Via Pulau Baai Menurun

Ekspor Via Pulau Baai Menurun

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Ekspor di Provinsi Bengkulu melalui Pelabuhan Pulau Baai pada September 2019 tercatatsebesar US$ 6,36 juta . Nilai ini mengalami penurunan sebesar 27,10 persen bila dibandingkan dengan Agustus 2019. Bahkan jika dibandingkan dengan ekspor bulan yang sama di tahun sebelumnya, ekspor Provinsi Bengkulu mengalami penurunan sebesar 43,07 persen dimana pada September 2018 ekspor Provinsi Bengkulu tercatat sebesar US$ 11,18 juta.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan saat diwawancarai BE kemarin (11/11), penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan DMO 25 persen untuk batu bara. Membuat eksportir batubara di Bengkulu harus menghentikan perdagangan batu bara sebanyak 25 persen. Hal tersebut terlihat dari penurunan nilai ekspor batu bara sebesar -26,33 pada September 2019 dibandingkan Agustus 2019.

\"Ekspor yang menurun dibandingkan bulan lalu itu lebih pada batu bara. Karena kita menghentikan trader batu bara tidak boleh dulu mengekspor,\" ujar Dyah.

Sementara untuk ekspor cangkang sawit masih tercatat mengalami pertumbuhan positif, meski pertumbuhannya tidak begitu signifikan. Ppada September 2019, komoditas unggulan Bengkulu ini mengalami pertumbuhan sebesar 9,28 persen dibandingkan Agustus 2019. \"Batu bara memang menurun ekspornya, tapi cangkang sawit masih baik, walaupun kontribusi ekspornya cuma 8,35 persen,\" tuturnya.

Sementara dari sisi impor, Dyah menyatakan, terjadi kenaikan impor sebesar 42,91 persen dibandingkan Agustus 2019. Kenaikan impor tersebut disebabkan meningkatnya permintaan peralatan kontruksi, seperti baja dan lainnya dari Tiongkok sebesar 81,82 persen. Hal ini meningkatkan nilai impor pada September 2019 sebesar US$0,83 juta. \"Impor kita masih banyak dari Tiongkok, kemungkinan peralatan untuk pembangunan PLTU Batubara di Kota Bengkulu,\" tutupnya.

Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan, walaupun ekspor di Bengkulu mengalami penurunan sebesar 46,41 persen, namun neraca perdagangan di daerah masih mengalami surplus. Tercatat neraca perdagangan pada September 2019 mengalami surplus sebesar US$ 9,29 juta. \"Memang ekspor kita menurun karena pembatasan batu bara, tapi neraca dagang kita masih surplus, jadi masih baiklah,\" ujar Kamaludin.

Meski begitu, ia berharap pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan neraca perdagangan di daerah salah satunya mendorong ekspor komoditas produk unggulan Bengkulu. Karena selama ini banyak komoditas unggulan daerah belum juga dilakukan ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, padahal memiliki potensi ekspor yang menjanjikan. \"Kita itu cuma fokus ekspor batu bara dan cangkang sawit, tapi tidak pernah ekspor produk yang lain seperti kopi, pisang, durian, ikan, dan sarang walet. Masa kita kalah dengan Lampung,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: