Indonesia vs Thailand

Indonesia vs Thailand

Buang Mental Pecundang

JAKARTA, Bengkulu Ekspress -Tim nasional (timnas) memang berstatus sebagai tuan rumah pada matchday kedua grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022. Namun, status itu bukan garansi bagi timnas untuk meraih kemenangan. Sebab, berkaca pada matchday pertama saat menjamu Malaysia Kamis lalu (5/9), timnas justru menjadi pecundang di laga kandang.

Padahal, lawan yang dihadapi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) malam nanti lumayan berat. Andritany Ardhiyasa dkk harus bentrok dengan raksasa sepak bola Asia Tenggara, Thailand. Tim berjuluk Changsuek alias Gajah Perang itu, kerap menjadi batu sandungan bagi timnas. Terbukti, dalam 78 pertemuan di semua ajang, Thailand sudah membukukan 38 kemenangan. Sebaliknya, skuad Garuda hanya mampu membukukan 26 kemenangan.

Perjuangan skuad Merah Putih semakin berat lantaran mereka kemungkinan tak akan mendapat dukungan maksimal dari tribun stadion. Sebab, hingga kemarin, baru sekitar tujuh ribu lembar tiket yang terjual. Seretnya penjualan tiket memang tak lepas dari hasil buruk saat menjamu Malaysia pekan lalu.

Namun, pelatih timnas Simon McMenemy optimistis anak asuhnya bisa move on dari kekalahan menyakitkan melawan Malaysia. ’’Sekarang bagaimana respon kami menyikapi kekalahan itu,\'\' tandas McMenemy. \'\'Para pemain saya beri tantangan, apa yang akan mereka berikan untuk menjawab kekalahan itu besok (malam nanti, red),’’ tegasnya.

Agar bisa membendung Thailand, McMenemy pun mengubah fokus latihannya. Jika melawan Malaysia dia lebih fokus untuk membenahi mental, melawan Thailand dia fokus ke strategi. ’’Tinggal bagaimana fokus selama 90 menit dan tidak terintimidasi dengan kualitas pemain lawan. Rekor memang kami banyak kalah, tapi rekor itu ada untuk dipecahkan besok,’’ ujar McMenemy optimistis.

Evaluasi sudah dilakukan. McMenemy menginginkan skuadnya bermain seperti layaknya di babak pertama ketika melawan Malaysia. Cepat, agresif, dan kompak. ’’Sekarang tantangannya bagaimana melewati babak kedua dengan baik. Mungkin masalah stamina. Saya akan minta agar pemain tidak terlalu boros menggunakannya dulu,’’ papar mantan pelatih Bhayangkara FC itu.

Beruntung, Thailand datang dengan komposisi yang tidak komplit. Titipan Puangchan tidak bisa dimainkan usai mengalami cedera ketika bermain seri melawan Vietnam (5/9). Juga, tidak ada nama Peeradon Chamratsamee yang mengalami hal serupa. Teerasil Dangda dan Adisak Kraisorn pun tak dibawa ke Jakarta. Padahal, Dangda dan Kraisom merupakan momok bagi lini pertahanan timnas. Dangda bahkan sudah lima kali menjebol gawang Indonesia.

Namun, Thailand tetap ancaman. Sebab, mereka masih memiliki Chanatip Songkrasin dan Theerathon Boonmatan. Serta, kiper berpengalaman Kawin Thamsatchanan. Thailand juga ingin bangkit setelah pada matchday pertama ditahan imbang Vietnam tanpa gol. Hal itu ditegaskan pelatih Thailand Akira Nishino dalam konferensi pers kemarin (9/9). Dia sudah melakukan evaluasi. Hasilnya, dia meminta pemainnya lebih tenang di kotak penalti. ’’Kami harus cetak gol, itu dulu,\'\' ucap Nishino. \'\'Ketika melawan Vietnam, ada 16 peluang di kotak penalti, tidak ada satu pun berbuah gol. saya ingin besok (hari ini) itu tidak terjadi,’’ pintanya..

Belum WNI, Dutra Absen Lagi

Kans Otovio Dutra untuk debut bersama Merah Putih kembali tertunda. Bek Persebaya Surabaya ini belum menyandang status WNI. Padahal, pendaftaran pemain untuk pertandingan melawan Thailand sudah ditutup. ’’Tujuh minggu lalu kami harus setor nama. Mungkin bisa di pertandingan selanjutnya,’’ kata Ratu Tisha, Sekjen PSSI.

Jika Dutra absen, Osas Saha sudah bisa dimainkan. Dia sudah pulih dari cedera. ’’Otot kakinya hanya tertarik, makanya kami tidak mau ambil resiko untuk memainkannya lawan Malaysia. Tapi besok (malam nanti, red) Osas bisa bermain,’’ terang McMenemy.

Sementara itu, Dutra yang ditemui Jawa Pos usai latihan bersama timnas di SUGBK kecewa tidak bisa dimainkan. Dutra berharap bisa bermain di laga selanjutnya. Yang terdekat adalah melawan Uni Emirat Arab pada 10 Oktober mendatang. ’’Mungkin bisa (lawan UEA, red). Hanya kurang tanda tangan dari presiden saja. Kalau sudah ada (tanda tangan Presiden, red) saya sudah jadi WNI,’’ kata Dutra. (rid/bas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: