Bengkulu Deflasi Tertinggi di Sumatera
BENGKULU, BE - Kota Bengkulu pada Agustus 2019 lalu mengalami deflasi sebesar 0,86 persen. Angka ini termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Sumatera. Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, Kota Bengkulu mengalami pada Agustus 2019 lalu mengalami deflasi karena kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok pengeluaran bahan makanan. Masing-masing kelompok menyumbangkan angka deflasi sebesar -3,20 persen dan -1,27 persen.
\"Untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan disumbangkan tiket angkutan udara, sementara bahan makanan disumbangkan oleh komoditas pangan seperti daging ayam dan sayuran,\" kata Dyah, kemarin (2/9).
Meskipun dua kelompok menyumbangkan deflasi, sebanyak lima kelompok pengeluaranmengalami inflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,84 persen, diikuti kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,27 persen, kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakausebesar 0,09 persen, kelompok Pengeluaran perumahan, air,listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,08 persen dan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,08 persen.
\"Tidak semua kelompok pengeluaran mengalami deflasi karena ada lima kelompok pengeluaran yang juga mengalami inflasi,\" tutur Dyah.
Ia menjelaskan, deflasi pada Agustus 2019 lalu lebih rendah dibanding kondisi Agustus 2018 yang mengalami deflasi sebesar 1,80 persen dan lebih rendah dari bulan Agustus 2017 dengan inflasi sebesar 0,19 persen. Meski begitu, pihaknya mengaku, deflasi terjadi di 38 Kota di Indonesia, bahkan Bengkulu tidak hanya satu-satunya kota di Sumatera yang mengalami deflasi tertinggi, akan tetapi Kota Batam juga mengalami deflasi dengan besaran yang sama yaitu 0,86 persen.\"Jadi tidak hanya Bengkulu saja yang deflasi, Kota Batam juga mengalami deflasi yang sama,\" tuturnya.
Dengan terjadinya deflasi pada Agustus 2019 lalu, Laju inflasi tahun kalender Agustus 2019 sebesar 2,49 persen lebih tinggi dari bulan Agustus 2018 dengan laju inflasi sebesar1,51 persen dan lebih rendah dari bulan Agustus 2017 yang sebesar 2,84 persen. Sedangkan lajuinflasi dari tahun ke tahun pada Agustus 2019 sebesar 3,35 persen lebih tinggi dari bulan Agustus 2018 yang sebesar 2,23 persen dan lebih rendah dari bulan Agustus 2017 yang sebesar 3,67 persen.\"Kita optimis inflasi Bengkulu hingga akhir tahun bisa terkendali dengan baik,\" tutupnya.
Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Lizar Alfansi Phd menilai, deflasi terjadi karena pada Agustus 2019 ada penurunan konsumsi dibanding bulan sebelumnya, karena ada momen Idul Fitri. Turunnya konsumsi tersebut disebabkan komoditas mengalami penurunan harga yang cukup signifikan.
\"Kami melihat deflasi bisa terjadi mungkin karena demand (permintaan) kebutuhan pokok tidak setinggi sebelumnya ketika masih ada suasana apakah puasa dan lebaran. Selain itu, harga komoditas yang menurun juga menyebabkan deflasi,\" kata Lizar.
Ia mengaku, kemungkinan penyebab deflasi adalah harga tiket pesawat yang menurun. Disisi lain, beberapa komoditas pangan juga mengalami penurunan harga akibat rendahnya permintaan. Hal inilah yang menjadi pemicu deflasi di daerah. \"Mungkin saja karena penerbangan sepi jadi banyak maskapai menurunkan harga tiket pesawat, komoditas pangan harganya turun mungkin persediaan banyak sementara permintaan sedikit,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: