Gempa Megathrust Ancam Bengkulu
BMKG: Setidaknya Kita Waspada
BENGKULU, Bengkulu Ekspress– BMKG menyatakan gempa Megathrust merupakan ancaman riil yang patut diwaspadai oleh seluruh pihak. Megathrust merupakan zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Lokasi Megathrust memanjang dari sebelah barat ujung Sumetera, menuju selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyatakan hal itu usai gempa magnitudo 6,9 di Banten, Jawa Barat. Diketahui, gempa terjadi di Banten pada Jumat malam dan terasa hingga Jakarta dan Lampung. \"Ancaman [Megathrust] riil, nyata di sepanjang pantai Barat Sumatera, mungkin jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas, \" kata Rahmat kepada wartawan dalam jumpa pers di Jakarta.
Wilayah ini terbagi ke dalam beberapa segmen. Salah satunya adalah segmen di selatan Selat Sunda. Sementara itu, berdasarkan berbagai sumber diketahui bahwa gempa yang rentan mengguncang Indonesia memiliki potensi dari subduksi. Subduksi ini merupakan tempat terbentuknya gunung berapi dan gempa. Berulang kali, BMKG mengatakan meski para ahli mampu menghitung perkiraan magnitudo maksimum megathrust namun tak ada teknologi yang mampu memastikan kapan terjadinya peristiwa tersebut.
Kepala Seksi Informasi dan Observasi BMKG Bengkulu, Sudiyanto SP mengatakan, secara resmi hal tersebut belum sampaikan kepada masyarakat Bengkulu. Namun demikian, potensi itu ada di sepanjang laut Pulau Barat Sumatera. “Setidaknya, kita harus tetap waspada,” ujar Sudiyanto, kepada Bengkulu Ekspress, kemarin (4/8).
Dikatakannya, gempa megathrust tersebut diprediksi berjarak 200-250 Km di laut lepas. Gempa dengan kekuatan 8 SR tersebut mengakibatkan bencana tsunami. Sebab, sesuai SOP BMKG, gempa dengan kekuatan lebih dari 6,5 SR itu berpotensi terjadi stunami. Itu itu, ketika gempa yang terjadi beberapa waktu lalu dengan kekuatan 7,4 SR, maka BMKG mengeluarkan status siaga dan waspada, untuk beberapa wilayah dengan pusat gempa di Banten.
“Kalau sudah gempa diatas 6,5 SR itu berpotensi terjadi tsunami. Terjadi atau tidaknya itu, hanya Allah yang tau. BMKG bertugas untuk memberikan peringatan dini, agar masyarakat tetap waspada,” tambahnya.
Untuk di Provinsi Bengkulu sendiri, menurutnya, gempa bumi itu terjadi hampir setiap hari. Dalam satu bulan, bisa lebih dari 50 kali gempa terjadi. Hanya saja, kekuatan gempa tidak terlalu besar hanya sekitar 3 sampai 4 SR. Sehingga masyarakat banyak tidak merasakan.
Sudiyanto mengatakan terjadinya gempa bumi itu karena wilayah dari aceh sampai Papua itu terdapat lempeng bumi didalam laut yang bergerak. “Kalau di Bengkulu lama tidak ada gempa itu yang berbahaya. Bisa saja, gempa itu akan besar. Tapi mudah-mudahaan tidak ada bencana,” ungkap Sudiyanto.
Untuk mengoptimalkan pemantuan, BMKG tahun ini akan memasang 5 unit shelter pendeteksi gempa yang baru. Lima lokasi yang akan dipilih, seperti Mukomuko, Bengkulu Utara, Kota Bengkulu, Seluma dan Kaur. Rencana pemasangannya akan dilakukan pada bulan Oktober mendatang. “Ya ada lima alat baru lagi yang akan kami pasang di lima titik,” ujarnya.
Menurut Sudiyanto, lima unit alat deteksi gempa itu hanya tambahan. Sebab, BMKG sudah memasang satu sampai dua alat di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Dengan tambahaan alat tersebut, maka akan memudahkan BMKG melakukan pantauan dan deteksi dini bencana alam. “Ini tambahan saja, agar lebih maksimal,” tuturnya.
Disamping itu, Sudiyanto meminta kepada pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada terjadinya bencana alam. Tidak hanya gempa bumi, tapi juga tanah longsong, banjir dan bencana alam lainnya. Termasuk mitigasi bencana juga harus sering dilakukan oleh pemerintah. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan penyelamatan diri ketika terjadi bencana alam. “Semua harus tetap waspada. Karena bencana alam itu terjadi secara tiba-tiba,” tegas Sudiyanto.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Rusdi Bakar mengatakan, apa yang menjadi ancaman bencana alam itu tentu tetap diwaspadi. BPBD terus berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota atas bencana-bencana alam yang terjadi.
“Pemantuan juga terus kita lakukan. Koordinasi kabupaten/kota juga terus berjalan. Jadi ketika ada bencana, langsung kita tanggulangi,” terang Rusdi.
Pemerintah menurutnya, sejauh ini terus melakukan mitigasi bencana alam. Mulai dari pencegahan, sosialisasi di tengah-tengah masyarakat dan termasuk membarikan bantuan pertama atas terjadi bencana alam. “Tugas BPBD itu ya seperti itu, berkoordinasi dan mitigasi bencana. Kalau potensi bencana itu rananya BMKG, jadi satu pintu,” tuturnya.
Untuk tahun ini, dikatakan Rusdi Bakar, BPBD tidak ada membangun bentuk fisik untuk mitigasi bencana. Seperti membangun shelter maupun tower sirine sebagai peringatan terjadi bencana alam. “Kalau yang seperti itu tidak ada. Kita Cuma kegiatan sosialisasi dan upaya pencegahan yang lainnya. Sebab, untuk alat deteksi gempa bumi sudah akan dipasang oleh BMKG,” tutup Rusdi. (151)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: