Paceklik Ikan, Rugikan Nelayan Pantai Tapak Padri.
Hampir sebulan terakhir musim paceklik ikan melanda nelayan di Pesisir Pantai Tapak Padri, Bengkulu. Musim paceklik berlangsung sejak akhir Januari hingga saat ini. Paceklik ikan menimpa nelayan pengguna jaring. Tapi, tidak berlaku bagi nelayan pengguna pukat. Datangnya musim paceklik ini, mengakibatkan nelayan merugi. “Setelah musim badai beberapa minggu lalu, kami tidak melaut. Saat ini, kami dilanda musim paceklik, mulai akhir bulan kemarin, hingga pertengahan Februari. Untuk bertahan hidup, kami terpaksa hutang di warung, dan hidup dengan sisa tabungan yang ada,” ujar Anang Wijaya (20). Kerugian itu dirasakan nelayan, karena mereka terpaksa berhutang ke warung, atau menghabiskan sisa uang tabungan yang ada. Belum lagi, mereka harus memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak sekolah. Selain itu, sebagian besar dari mereka, juga tidak dapat memperbaiki peralatan dan perahu, karena keterbatasan dana. Selama musim paceklik ikan melanda, pendapatan mereka berkurang drastis. Pada hari biasanya pendapatan mereka mencapai Rp. 300 ribu sampai Rp. 400 ribu/kapal. Setiap kapal, rata-rata diisi oleh 3 hingga 4 orang. Namun, sejak paceklik, dalam sehari mereka hanya memperoleh pendapatan 6 Kg atau setara dengan Rp. 100 ribu sampai Rp. 120 ribu/Kapal. “Saat ini, pendapatan kami tidak sesuai dengan modal yang kami keluarkan, sebelum melaut kami harus menyiapkan makan, kopi, dan rokok, belum lagi 10 liter bensin seharga Rp. 50 ribu, terpaksa kami berhutang dengan warung atau tengkulak. Itu pun, jika mereka bersedia membantu,” Ungkap Salah seorang nelayan yang tidak berkenan disebutkan namanya. Sementara itu, presentase pendapatan selain didasarkan pada jumlah tangkapan, juga didasarkan pada jenis ikan yang diperoleh. Untuk ikan Kape-kape, Rp. 25 ribu/Kg, dan Ikan Tenggiri Rp. 30 ribu/Kg. Perolehan ikan bagi nelayan penjaring terkendala dengan Batu Karang. Akibatnya, jaring-jaring tersebut rusak. Disisi lain, bagi nelayan pengguna Pukat, tidak menurun hasil tangkapan. Pasalnya, mereka tidak pernah mengalami musim paceklik ikan. Hal ini, disebabkan cara nelayan pengguna pukat dengan mendiamkan pukat ke dalam laut selama semalam, dan keesokan harinya mereka mengambil jeratan pukatnya. Dalam sehari memperoleh ratusan kilo hingga ton-an ikan. “Nelayan yang menggunakan pukat umumnya memperoleh tangkapan ikan dengan ukuran besar, sehingga wajar jika mereka mendapatkan ikan hingga ratusan kilo, terkadang hingga puluhan ton,” ungkap Dodi Ostman (39) selaku tengkulak ikan. Tidak banyak hal yang dilakukan Dodi Ostman membantu para nelayan saat musim paceklik. Ia hanya dapat memberikan bantuan peralatan seperti jaring, bensin, dan peralatan lainnya kepada nelayan. Selain itu, ia hanya dapat memberikan dukungan dan semangat kepada nelayan agar terus melaut. “Aku terus dukung dan beri semangat ke mereka, agar mereka terus melaut dan semangat menjalani kehidupannya,” ujar Dodi kepada bengkuluekspress.com saat diwawancari. (mg3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: