Pemilu Bukan Patokan Peredaran Uang

Pemilu Bukan Patokan Peredaran Uang

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Meski banyak pihak memperkirakan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 17 April 2019 mendatang akan meningkatkan jumlah peredaran uang di Bengkulu, Bank Indonesia (BI) malah memprediksi sebaliknya.  Sebab, Pemilu 2019 tidak dapat dijadikan patokan bahwa uang yang beredar di daerah akan mengalami peningkatan. Pasalnya, meningkatnya jumlah peredaran uang diakibatkan oleh kebutuhan ekonomi masyarakat dalam bertransaksi jual beli.

\"Sebetulnya pertumbuhan uang beredar ini lebih banyak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi masyarakat untuk bertransaksi, jadi bukan Pileg dan Pilpres yang menyebabkan peredaran uang,\" kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bengkulu, Endang Kurnia Saputra, kemarin (26/2).

Ia mengaku, hampir setiap bulannya di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan uang yang beredar. Bahkan, hingga November 2018 lalu, jumlah uang yang beredar di masyarakat mencapai Rp 5,670 Triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan setiap bulannya mencapai Rp 1.500 triliun hingga Rp 2.000 triliun. \"Jadi bukan karena Pileg dan Pilpres yang menyebabkan uang beredar tumbuh luar biasa, tetapi hampir setiap tahun dalam skala nasional ada pertambahan Rp 1 Triliun - Rp 2 Triliun setiap bulannya,\" ujar Endang.

Berdasarkan data Bank Indonesia pada Juni 2018 lalu telah dilaksanakan Pilkada serentak pada 27 Juni 2018 tidak begitu signifikan menyebabkan uang beredar di masyarakat meningkat. Bank Indonesia mencatat sebanyak Rp 5,534 Triliun uang yang beredar pada Juni 2018. Bahkan jumlah tersebut masih rendah dibandingkan September, Oktober, dan November 2018 lalu yang masing-masing mencatat peredaran uang mencapai Rp 5,607 Triliun, Rp 5,668 Triliun, dan Rp 5,670 triliun.

\"Ini membuktikan kalau pelaksanaan Pilkada 2018 lalu tidak begitu signifikan meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat,\" terang Endang.

Hanya saja, lanjut Endang, peredaran uang akan dapat meningkat signifikan jika terjadi di bulan-bulan istimewa, seperti Ramadan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya transaksi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan selama ramadan termasuk mempersiapkan Tunjangan Hari Raya (THR) di hari Raya Idul Fitri. Sehingga membuat BI selalu menambah pasokan uang yang beredar di masyarakat.

\"Kalau bulan tertentu seperti Ramadan, maka kebutuhan uang cash di masyarakat meningkat, makanya BI selalu menambah pasokan uang biasanya Rp 2 Triliun di Bengkulu,\" tutur Endang. Tahun 2018 lalu, jumlah uang yang berhasil diedarkan BI dalam bentuk kertas dan logam mencapai Rp 5,396 Triliun di Provinsi Bengkulu dan Kota Lubuklinggau. Jumlah tersebut selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya jumlah kebutuhan ekonomi masyarakat dalam bertransaksi. \"Ada sebanyak Rp 5,4 Triliun uang kertas dan logam yang sudah diedarkan di Provinsi ini, pada 2018 lalu,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: