Dugaan Sementara Basarnas, Korban Berada di Badan Pesawat

Dugaan Sementara Basarnas,  Korban Berada di Badan Pesawat

Hasil Identifikasi Korban di RS Polri Kramat Jati

24 kantong jenazah diterima tim forensik

24 kantong jenazah berisi 87 potongan anggota tubuh

Dari 185 data keluarga korban, 147 diantaranya sudah didata DNA

Proses identifikasi mencocokkan DNA perlu 4-8 hari

(Sumber: Tim DVI Mabes Polri, hingga pukul 18.00 WIB)

JAKARTA,Bengkulu Ekspress - Pencarian korban kecelakaan pesawat Boing 737 MAX 8 milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 mulai bergeser ke dasar laut. Dipastikan, jenasah korban serta serpihan pesawat yang berada di permukaan perairan Karawang telah bersih. 26 kantong jenasah sedang diidentifikasi untuk diketahui identitasnya.

Kabasarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi menjelaskan, dengan operasi gabungan antara Basarnas, Polri dan TNI dapat dipastikan bahwa seripihan dan bagian tubuh korban yang berada di permukaan perairan Karawang telah berhasil dievakuasi. ”Artinya, tinggal fokus yang berada di dalam laut,” terangnya.

Penyisiran dipermukaan laut telah menemukan sekitar puluhan kantong jenasah. Nantinya, semua jenasah itu akan diidentifikasi.

”Untuk yang di dalam lautan ini, kami menggunakan dua cara. Pertama scanning menggunakan alat Multi Beam EchoSounder dan penyelam. Kami tetap butuh orang di bawah,” tuturnya.

Hingga saat ini proses scanning masih dilakukan, target utamanya untuk menemukan bodi utama pesawat. Titik koordinat jatuhnya pesawat telah diketahui, namun bodi utama pesawat masih dideteksi. ”Nanti kalau sudah ditemukan, pasti kami update,” paparnya di Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

Dia menduga banyaknya korban yang belum ditemukan karena kemungkinan berada di dalam bodi utama pesawat. ”Kekurangannya mestinya di dalam pesawat,” ujarnya sembari menyebut optimis bodi utama pesawat akan ditemukan.

Apakah Basarnas memprediksi lokasi bodi utama pesawat? Dia menuturkan bahwa arus laut mengarah ke Selatan dan Barat Daya. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa Basarnas membuka posko di Tanjung Karawang. ”Harapannya selain petugas, nelayan-nelayan bisa melapor kalau menemukan sesuatu. Kalau lapornya di Tanjung Priok terlalu jauh,” ujarnya.

Sesuai undang-undang, pencarian korban kecelakaan pesawat bisa dilakukan selama tujuh hari. Namun, bila ada indikasi bisa ditemukan akan ditambah tiga hari. ”Setelah sepuluh hari kami analisa kembali, yang pasti kami berupaya keras 24 jam,” tegasnya.

Sementara informasi dari Disaster Victim Indonesia (DVI) diketahui bahwa setidaknya ada 34 kantong jenasah yang telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati hingga pukul 17.00. Namun, bukan berarti jumlah tersebut sama dengan jumlah jenasah yang ditemukan.

Kepala RS Polri Kombespol Musyafak menuturkan bahwa dalam proses identifikasi ini kemungkinan jenasah tidak utuh. Ada bagian-bagian tubuh yang cukup banyak, sehingga memerlukan tes DNA. ”Dari semua itu perlu dicek satu per satu,” jelasnya.

Proses identifikasi terhadap jenazah korban emerlukan waktu sekitar 4 hari hingga 5 hari. Namun, tetap memerlukan keluarga korban untuk bisa segera mendatangi RS Polri. ”Untuk tes DNA dibutuhkan sampel, dari keluarga inti. Seperti, orang tua, anak, kakak atau adik kandung,” ujarnya.

Hingga pukul 15.00 diketahui dari 182 penumpang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, satu penumpang anak dan dua penumpang bayi, masih ada 11 keluarga keluarga korban yang belum melaporkan atau menyerahkan data antemortem. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan perkembangan investigasi terkait jatuhnya Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air. Sampai kemarin, KNKT mengaku masih berusaha mengumpulkan seluruh data dan menggerakkan beberapa tim investigator untuk mencari pesawat dengan kode penerbangan JT-610 yang hilang di perairan Karawang, Senin (29/10).

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko menyampaikan, Senin malam lalu, tim KNKT telah merapat di Kapal Baruna Jaya I milik BPPT. ”Kapal Baruna Jaya I telah sampai di lokasi jam 06.00 WIB Selasa pagi. Kami berkoordinasi dengan SAR Mission Coordinator (SMC) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP), TNI dan Pertamina untuk memulai proses pencarian main wreckage,” ujar Haryo saat konferensi pers di kantor KNKT di Jakarta kemarin.

Pada pukul 09.30 WIB, tim KNKT dan BPPT telah menurunkan Rigid Inflatable Boat (RIB) dengan membawa peralatan multi beam sonar dan ping locator. Mereka menyisir lokasi yang diperkirakan merupakan titik impact. KNKT juga menurunkan tim ke Jakarta International Container Terminal II (JICT II) Tanjung Priok untuk berkoordinasi dengan BNPP dan PT Indonesia Port Company (PT IPC). Mereka melakukan pemilahan barang temuan dari lokasi kecelakaan yang telah diturunkan di JICT II, Tanjung Priok. ”Pemilahan ini penting untuk menentukan proses investigasi KNKT lebih lanjut,” tambahnya.

Haryo menambahkan, sesuai prosedur internasional, tim KNKT langsung mengirimkan notifikasi kepada negara-negara terkait, termasuk negara pabrikan pesawat, tentang insiden ini. KNKT mendapatkan penawaran bantuan dari beberapa pihak, termasuk Argentina JIAAC (Junta de Investigation de Accidentes de Aviation Civil), Amerika Serikat NTSB (National Transportation Safety Bureau), Singapura TSIB (Transport Safety Investigation Bureau), Malaysia AAIB (Air Accident Investigation Bureau) serta yang terbaru dari Arab Saudi. ”Mereka menawarkan alat dan SDM untuk membantu investigasi. Kami akan berkordinasi dengan Kemenlu untuk bantuan personel dari negara lain,\'\' jelasnya. Bantuan alat dari Singapura sudah sampai di Jakarta. Sedangkan personel yang akan mengoperasikan alat tersebut tiba di Indonesia Rabu malam (31/10).

Sementara itu, mengenai pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air pada penerbangan sebelumnya dengan rute Denpasar-Jakarta, KNKT mengaku sudah meng-collect data dari operator dan penerbangan sebelumnya. ”Kami sudah dapatkan rekaman percakapan antara pilot dan Airnav pada penerbangan sebelumnya, kami juga sudah berupaya meminta informasi dari pilot sebelumnya. Tapi untuk saat ini belum bisa kami sampaikan karena kita harus mencocokan apa yang terjadi di lapangan dan hasil percakapan. Ini baru single data saja,” terang Koordinator Air Safety Investigation KNKT Ony Soerjo Wibowo.

Disinggung mengenai pengakuan salah satu penumpang penerbangan Denpasar-Jakarta dengan Boeing 737 MAX 8 serta beredarnya foto flight log, Ony hanya menyebut bahwa data-data dari masyarakat tetap akan di-collect untuk masukan KNKT. ”Tapi itu semua tetap perlu diverifikasi. Dengan sangat menyesal, detilnya seperti apa belum bisa kami sampaikan. Sesuai dengan undang-undang hasil investigasi masih bersifat rahasia,” katanya. (agf/oni)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: