Lion Air Memakan 189 Korban

Tujuh Korban dari Bengkulu
BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Belum hilang duka bencana gempa bumi di Lombok serta gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng). Indonesia kembali diterpa kabar duka jatuhnya Pesawat Lion air dengan nomor penerbangan JT 610 yang belum genap setahun beroperasi itu dinyatakan hilang kontak sejak Senin (29/10) pagi.
Pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pangkal Pinang. Berdasarkan manifes, jumlah penumpang dan awak berjumlah 189 orang. Setelah terkonfirmasi, pesawat tersebut ternyata jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Korban tersebut diantaranya ada warga Bengkulu, yaitu Tami Julian, warga RT 3 RW 1 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu, juga merupakan pegawai Telkomsel Pangkal Pinang. Korban selanjutnya adalah Rizal Gilang Perkasa Sanusi Putra, Junior Enginer Ramdel Pemilihan UPTK PLN Bengkulu bersama istrinya dr Wita Seriani serta putrinya Kyara Aurine Ganiendra Giwitri berusia dua tahun berada didalam pesawat naas itu.
Selain itu, ada Koordinator pada Kejati Babel, Andri Wiranofa dan istrinya Dewi Amin, yang pernah menjadi warga Dwi Tunggal Curup, serta Dody Junaidi mantan Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus) Kejakasaan Negeri Arga Makmur Bengkulu Utara yang sekarang bertugas di Pangkal Pinang juga menjadi korban dalam pesawat tersebut. Hingga saat ini semua korban dalam pencarian basarnas.
Kepala Basarnas M Syaugi kemarin (29/10) mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi dari air traffic control (ATC) Jakarta kalau JT-610 hilang kontak. ”Pesawat ada di ketinggian 2.500 ft saat itu,” ungkapnya. Sedangkan untuk kecepatan mencapai 340 knot.
Basarnas pun segera memberangkatkan pasukan. Untuk menyisir, mereka menggunakan kapal laut dan helikopter. Sekitar 150 anggota Basarnas dikerahkan. ”Begitu sampai di lokasi kami menemukan puing pesawat, pelampung, hp, dan beberapa potongan tubuh. Itu lokasinya 2 nautical mile dari koordinat yang diberikan ATC,” ucapnya. Nelayan, TNI, dan Polri pun membantu menyisir di permukaan.
Tidak berhenti pencarian di permukaan, Basarnas melakukan penyelaman. Kedalaman laut di lokasi tersebut mencapai 30 hingga 35 meter. Sayangnya hingga kemarin, belum ditemukan bangkai pesawat. Direktur Operasional SAR Bambang Suryoaji menambahkan bahwa pihaknya akan menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV) pada KRI Rigel milik TNI AL. ”Untuk membantu menemukan bangkai kapal, ROV saja cukup,”tuturnya.
Basarnas juga akan menggandeng Kapal Riset milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) KR Baruna Jaya I. Kapal tersebut fokus dalam pencarian Kotak Hitam pesawat Lion Air JT 610. Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) Hammam Riza menuturkan Kapal Riset Baruna Jaya I telah dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam atau black box pesawat.
”Kami telah diminta oleh KNKT dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I akan kami berangkatkan nanti malam (kemarin malam, Red) atau paling lambat esok pagi (hari ini, Red), dari Dermaga Muara Baru,” ungkapnya.
Diutarakan lebih lanjut oleh Deputi TPSA, bahwa BPPT sebelumnya dengan Kapal Baruna Jaya juga telah membantu menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501, awal Tahun 2015 silam. Baruna Jaya juga turut membantu proses identifikasi Kapal Sinar Bangun di Perairan Danau Toba.
Pencarian bangkai pesawat ini betul-betul menjadi perhatian Basarnas. Bambang memprediksi jika masih banyak penumpang yang ada di bangkai kapal. Hal tersebut mengingat jumlah potongan tubuh korban yang ditemukan. ”Total ada enam kantong jenasah yang kami temukan. Seluruhnya dibawa ke RS Polri. Sementara serpihan pesawat kami kirimkan ke KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi, Red),” ujarnya.
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono yang ditemui ditempat yang sama menuturkan bahwa pesawat dengan nomor registerasi PK-LQP merupakan pesawat baru. Sekitar Agustus lalu baru mengudara. Sehingga jam terbangnya pun baru 800 jam. ”Black box dan investigasi sedang dilakukan,” tuturnya.
Bahkan, untuk tambahan, bantuan peralatan dari Singapura pun didatangkan. Tadi malam, bantuan tersebut tiba di Jakarta dan langsung dibawa ke lokasi. \"Singapura bawa alat yang lebih baik lebih sensitif mencari Blackbox,\" ujarnya tadi malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: