Antre 5 Jam Demi Solar

Antre 5 Jam Demi Solar

Bisa Mengganggu Perekonomian

BENGKULU, Bengkulu EkspressĀ - Minimnya pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Bengkulu membuat sejumlah kendaraan harus rela antre. Hal ini membuat sebagian sopir truk di Bengkulu kewalahan dibuatnya. Salah seorang sopir dump truck, Ari (27) mengatakan sudah hampir lima jam mengantre pengisian solar di SPBU.

\"Solar sudah sedikit, kalau tidak beli maka mobil tidak bisa jalan,\" kata Ari sembari mengeluh. Maklum sisa solar yang ada di tangki mobil miliknya tinggal tersisa 5 liter lagi.

Tidak hanya truk barang saja yang ikut mengantre solar disana, ada mobil penumpang dengan tangki minyak 60 liter, mobil barang 47 liter, truk roda enam 100 liter, minibus 75 liter dan bus 200 liter. Jika semua kendaraan tersebut setiap hari mengisi solar maka belum sampai pukul 16.00 WIB, SPBU sudah kekosongan stok solar ditangki pendamnya.

\"Solar di SPBU biasanya langsung habis sebelum jam 4 sore. Padahal solar tersebut dikirim pagi,\" terang Nita (25) Petugas SPBU lainnya di Kota Bengkulu.

Fenomena cepat habisnya solar di SPBU di Bengkulu disebabkan oleh terbatasnya kuota BBM jenis solar. Dalam sehari kuota solar di Bengkulu hanya dibatasi sebanyak 8 ton untuk satu SPBU. Padahal sebelumnya kuota BBM jenis solar perharinya diberikan sebanyak 16 ton per SPBU.

\"Kuota solar untuk satu SPBU hanya 8 ton berkurang 50 persen dari sebelumnya yang mencapai 16 ton dalam seharinya,\" kata Amir (45), pengawas salah satu SPBU di Kota Bengkulu.

Meskipun Pertamina telah menyalurkan rata-rata per-bulan sebesar 3.000 Kilo Liter (KL) BBM Solar bersubsidi, namun nyatanya tidak mampu mengurangi kepadatan antrean yang terjadi bahkan penyaluran solar tersebut belum mampu memenuhi lonjakan permintaan di Bengkulu.

\"Dari sisi operasional kami tidak ada masalah. Kalau masalah pembatasan kuota itu kebijakan Pemerintah, kami hanya menyalurkannya,\" kata Manager External Communication PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita.

Untuk menghindari antrean di SPBU, Pertamina menyarankan masyarakat agar mencari alternatif SPBU terdekat lainnya di Bengkulu. Hal ini mengingat di wilayah Bengkulu, saat ini ada sekitar 31 SPBU yang melayani penjualan solar dan 12 di antaranya ada di Kota Bengkulu. Selain itu, masyarakat juga harus mencoba BBM diesel non subsidi yang disediakan seperti Pertamina Dex dan Dexlite yang dapat menjadi alternatif.

\"Jadi kalau masyarakat tidak mau mengantre, kami kan menjual Pertamina Dex dan Dexlite, kualitas keduanya lebih baik dibanding Solar bersubsidi,\" tutupnya.

Sementara itu, Pakar Ekonomi Unib, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan langkanya BBM Jenis Solar di Bengkulu akan menghambat roda perekonomian, hal ini terjadi mengingat saat ini telah banyak sektor ekonomi yang tumbuh subur di Bumi Rafflesia. Beberapa sektor ekonomi diantaranya mulai dari transportasi, penangkapan ikan oleh nelayan, hingga pertanian. \"Kalau solar tidak ada, maka angkutan transportasi seperti batubara, kelapa sawit dan berbagai barang lainnya juga akan terhambat. Belum lagi nelayan dan petani juga akan kesulitan,\" katanya.

Jika hal ini terus berlarut-larut maka dapat dipastikan juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada tahun ini. Karena ekonomi bisa tumbuh jika roda perekonomiannya berjalan, namun jika roda perekonomiannya tidak bergerak lantaran sulitnya operasional pendukung seperti bahan bakar solar yang langka maka akan memperburuk keadaan ekonomi di Bengkulu. \"Bayangkan dalam satu hari truk angkutan ekspedisi mampu mengangkut 3 sampai 4 kali, namun karena solar langka hanya bisa sekali berangkat, ini jelas memperlambat akses pengiriman barang,\" kata Udin.

Belum lagi beberapa kegiatan pertanian dan nelayan yang juga membutuhkan bahan bakar solar untuk melakukan aktivitas kegiatannya seperti mengoperasikan traktor dan mesin kapal. Tanpa solar kedua mesin tersebut tidak dapat berfungsi, akhirnya petani harus membajak sawah secara manual dan nelayan harus berhenti melaut. \"Ini baru dampak kecilnya saja, okelah nelayan sekarang berhenti beraktivitas karena gelombang tinggi, tapi kalau sudah normal kembali dan solar masih tetap langka apa mereka tidak akan protes dan turun ke jalan, Pemerintah harus memikirkan hal ini,\" tutupnya. (999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: