Ekonomi Enggano Kembali Normal

Ekonomi Enggano  Kembali Normal

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Sejak awal Juli 2018, Kapal Feri KM Pullo Tello sulit berlayar ke Pulau Enggano karena cuaca buruk sehingga menyebabkan ekonomi masyarakat di pulau terluar Provinsi Bengkulu itu terganggu. Namun setelah cuaca kembali membaik, kapal dapat bersandar dan ekonomi pun kembali normal.

Kades Malakoni Kecamatan Enggano, Tedy Sunardi Kaharubi mengaku, kembali bersandarnya Kapal Feri KM Pullo Tello jelas membuat ekonomi masyarakat di Enggano kembali normal. Beberapa kebutuhan pokok juga telah kembali mencukupi, seperti beras, minyak goreng, gula dan bahan bakar minyak (BBM).

\"Sebelumnya, kebutuhan pokok sempat terganggu karena Kapal Feri tidak datang ke Enggano,\" kata Tedy, kemarin (23/7)

Diakuinya, cuaca di perairan Samudera Hindia memburuk akan berdampak buruk bagi ekonomi di Enggano. Untuk itu, ia berharap pemerintah bisa bekerja sama dengan semua lembaga dan swasta, serta pihak-pihak lainnya yang terkait untuk penanggulangan bencana dan ekonomi dengan cara mendirikan gudang logistik di pulau terluar ini.

\"Kalau di Enggano ada gudang logistik kebutuhan pokok, maka ketika cuaca buruk dan kapal tidak bisa berlayar ke Enggano, kebutuhan tetap terpenuhi,\" harap Tedy.

Menurutnya, bukan hanya kebutuhan pokok, BBM juga menjadi kebutuhan penting di Enggano. Mengingat seluruh transportasi di pulau itu menggunakan kendaraan. \"Tanpa BBM, kendaraan juga tidak bisa berfungsi. Sedangkan ini penting untuk mengantar anak sekolah,\" tukasnya.

Sementara itu, Manager Eksternal Comunication PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita mengatakan, pihaknya telah mengirimkan BBM ke Enggano pada Minggu (22/7) dengan Kapal Feri KM Pullo Tello dan sebanyak lima tanki mobil sudah tiba di Enggano. \"Ketersediaan BBM di Enggano kembali normal. Kita terus berkoordinasi dengan pihak terkait terutama Dinas Perhubungan, Syahbandar dan ASDP untuk pengiriman ke Enggano,\" jelas Arya.

Pihaknya telah mengirimkan sebanyak 5 mobil tangki, premium 10 kilo liter, pertalite 15 kilo liter, dan biosolar sebanyak 4.155 kilo liter untuk mengisi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kompak Pulau Enggano.  \"Pendistribusian ke SPBU Kompak Desa Malakoni Enggano sendiri memakan waktu 12-16 jam melalui jalur laut. Itu membuktikan bahwa Pertamina mendistribusikan energi ke wilayah tertinggal, terdepan dan terluar melalui program BBM satu harga,\" tutup Arya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: