Terpaksa Beli Telur Pecah

Terpaksa Beli Telur Pecah

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Harga telur ayam di Pasar Tradisional Kota Bengkulu mengalami kenaikan dari harga semula Rp 40 ribu per karpet menjadi Rp 50 ribu per karpet atau naik sebesar Rp 10 ribu perkarpet. Naiknya harga telur membuat sebagian warga Kota Bengkulu terpaksa membeli telur dalam kondisi pecah lantaran harganya lebih murah.

Salah satu warga Kota Bengkulu, Aminuddin (40) mengaku, terpaksa membeli telur pecah dikarenakan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan telur utuh. Harga telur pecah dijual pedagang dengan harga Rp 30 ribu hingga Rp 43 ribu perkarpet atau lebih murah daripada membeli telur ayam yang kondisinya utuh.

\"Karena harganya murah, kalau yang pecah bedanya Rp 15 ribu sampai 20 ribu per karpet dari telur yang utuh,\" kata Aminuddin, kemarin (15/7).

Telur pecah tersebut digunakan Aminuddin sebagai bahan untuk membuat kue. Karena jika membeli telur utuh maka biaya produksi kue akan ikut tinggi sehingga dengan adanya telur pecah maka bisa menghemat biaya produksi pembuatan kue miliknya. \"Saya punya usaha kue, kalau membeli telur utuh maka harga kue akan mahal otomatis nanti omset penjualan bisa menurun,\" ujar Aminuddin.

Meski Aminuddin membeli telur yang kondisinya pecah, namun Ia mengaku tidak sembarangan memilih telur sebab jika salah maka akan mendapati telur dalam kondisi busuk. Untuk itu dirinya telah berkoordinasi dengan pedagang telur setempat agar setiap ada telur pecah dapat segera dipisahkan dan segera menghubungi dirinya. \"Bukan telur yang benar-benar pecah, tapi telur yang cangkangnya sudah retak, tetapi kalau ada telur memang pecah kemudian dimasukkan kedalam plastik akan kami ambil juga asalkan belum busuk,\" tukas Aminuddin.

Salah seorang Penjual Telur di Pasar Tradisional Modern Kota Bengkulu, Amir mengatakan, kenaikan harga telur sudah dialami sejak beberapa minggu terakhir, efeknya dari kenaikan itu menyebabkan omset penjualan telur sedikit lambat karena pembeli mengeluhkan harga terlalu tinggi. \"Efeknya penjualan lambat karena harga telur mendekati harga daging ayam. Hingga banyak yang mengeluh dan membeli telur yang kondisinya retak atau pecah,\" ujar Amir.

Amir mengharapkan, harga telur kembali stabil agar omset pedagang bisa kembali normal, karena banyak pembeli lebih mengutamakan jumlah banyak dengan harga murah dibandingkan kualitas telur. \"Masyarakat banyak membeli telur retak atau pecah bukan karena kualitas tapi kuantitas jadi harga murah bisa mencukupi,\" tukasnya.

Sementara itu, Peternak Ayam Petelur di Bengkulu Tengah, Sukiarto mengaku, banyak masyarakat membeli telur dalam kondisi retak lantaran harganya yang murah. Bahkan pemesannya tidak hanya sedikit mencapai puluhan orang dan rata-rata adalah pengusaha kue di Kota Bengkulu. \"Telur mahal, jadi masyarakat banyak yang mesan telur retak atau pecah,\" kata Sukiarto.

Meskipun banyak yang memesan, namun Sukiarto mengaku jumlah telur retak atau pecah yang berhasil dikumpulkannya tidak begitu banyak dibandingkan dengan telur utuh. Sehingga sangat sulit untuk mendapatkan satu karpet telur retak atau pecah dalam sehari. \"Kalau telur pecah atau retak mengumpulkannya juga cukup sulit, bahkan kadang tidak ada sama sekali, makanya biasanya kami mengumpulkannya terlebih dahulu baru menghubungi pembelinya,\" tutupnya.

Melambungnya harga telur ayam yang mencapai Rp 50 ribu per karpet mendapat sorotan dari anggota DPRD Kota Bengkulu. Pasalnya, harga tersebut sudah di luar kewajaran, untuk itu dewan meminta agar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk menelusuri penyebab kenaikan tersebut, dan segera menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET).

\" Kita meminta Pemkot dalam hal ini Disperindag mengambil langkah tegas, karena kenaikan harga telur ini cukup pesat tanpa ada alasan apapun, dan sudah keluar dari harga eceran tertinggi,\" cetus anggota komisi II DPRD kota, Indra Sukma, kemarin (15/7).

Menurutnya, dengan ada HET tersebut bisa menjadi acuan bagi pedagang untuk menjual telur dipasaran, apalagi kenaikan harga telur secara sepihak ini jarang terpantau, berbeda dengan harga cabai dan ayam yang selalu menjadi persoalan jika terjadi kenaikan. \" Jadi harus ada penetapan HET untuk peredaran telur di pasar, normalnya harga telur itu hanya Rp 40 ribu per karpet. Nah, kalau tidak ditelusuri dari sekarang bisa-bisa timbul permainan dari pedagang,\" tandas politisi PAN ini.

Meski telur bukan menjadi komoditas utama, namun jika kenaikan harga ini dibiarkan tanpa sebab yang pasti, maka juga dapat merugikan masyarakat. Karena, telur juga termasuk kebutuhan sehari-hari yang dikonsumsi oleh masyarakat. Dan ia mengaku sudah banyak menerima laporan dari masyarakat, dan berharap agar pemerintah bisa mendengarkan keluhan tersebut. \"Kita juga meminta Pemkot gencar melakukan operasi pasar di masyarakat, terutama untuk mengimbangi jika terjadi lonjakan harga bahan pokok di pasaran,\" jelasnya.

Agar persoalan ini segera ditindaklanjuti, maka dalam waktu dekat akan dijadwalkan pemanggilan ke Disperindag untuk melakukan rapat hearing di DPRD kota, dan beberapa pihak terkait lainnya. Sehingga, dapat menentukan kebijakan dalam menekan lonjakan harga tersebut. \"Kita jadwalkan hearing, karena jangan sampai dibiarkan cukup lama, artinya butuh langkah cepat dalam menekan tingginya harga tersebut,\" pungkas Indra. (805/999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: