Petani Sawit Diduga Dipermainkan Toke
BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Rendahnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tingkat petani di Provinsi Bengkulu diduga ada permainan dari para tengkulak atau toke. Pasalnya, harga kesepakatan pemerintah dengan pihak pengusaha dan pihak asosiasi sudah tinggi mencapai Rp 1.200 per Kg, tetapi para tengkulak membeli sawit cenderung lebih murah yaitu hanya Rp 500 per Kg.
Ketua GAPKI Cabang Bengkulu, John mengaku bahwa pihaknya tidak pernah mempermainkan harga sawit. Bahkan harga kesepakatan dengan pemerintah di tingkat petani Rp. 1.200 per Kg. Masih rendahnya harga sawit disejumlah daerah di Provinsi Bengkulu diduga disebabkan oleh permainan para tengkulak.
\"Kok bisa seperti itu, tentunya harus menjadi perhatian pemerintah karena tengkulak juga bisa memainkan harga,\" kata John.
Dikatakannya, secara kasat mata, permainan harga TBS disebabkan adanya praktik tengkulak atau pengumpul yang membeli dari petani, sehingga menjadi pemicu terjadinya anjlok harga TBS. Harusnya, instansi terkait dapat menertibkan permainan tengkulak itu. \'\'Pedagang pengumpul membeli TBS sawit petani dengan pembayaran cash atau lunas, dan di sini para toke mendapatkan delevery order (DO) yang diberi pihak perusahaan. Ini yang harus segera ditertibkan, sehingga petani tidak dirugikan,\'\' tukas John.
Sementara itu, salah seorang petani sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Ramlan (40) mengatakan, harga TBS kelapa sawit masih Rp 800 per Kg. Bahkan pihaknya belum mengetahui jika harga di pabrik sudah Rp 1.200 per Kg. \"Harga TBS kelapa sawit tingkat petani sangat rendah dan apa penyebabnya kita tidak ketahui. Maklum saja kita hanya petani tidak tahu berapa harga sebenarnya dari pemerintah,\" ujar Ramlan.
Sementara itu, salah seorang toke TBS kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Tengah, Deka (29) mengatakan, pihaknya membuat harga ke tingkat petani itu sesuai berapa harga yang dibeli oleh pabrik kelapa sawit dikurangi operasional dan potongan pabrik. \"Harga di pabrik kelapa sawit Rp 1.200 per Kg, tentu dipotong operasional dan potongan pabrik jatuh ke petani dengan harga Rp 800 per Kg,\" jelas Deka.
Selain itu, pihaknya juga mengaku, saat ini kuota sawit yang dimilikinya cukup melimpah sedangkan pabrik juga sudah kelebihan kapasitas penampungan sawit sehingga terpaksa sawit tersebut harus mengendap berhari-hari di penampungan. Jika kondisi ini tidak berubah maka dapat dipastikan akan terjadi penyusutan dalam jumlah cukup besar sehingga membuat tengkulak merugi.
\"Jelas kami rugi, makanya kami beli sawit dari petani murah. Buah juga tidak bisa dijual langsung, soalnya pabrik sekarang penuh. Bahkan kami saja harus mengantre sampai berhari-hari untuk menjualnya,\" tukas Deka.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: