BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Anggota Komite III DPD RI, Riri Damayanti John K. Latief menyayangkan turunnya rata-rata nilai Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Indonesia. Menurutnya, hasil UN tersebut salah satu cerminan kinerja pemerintah dalam mengelola pendidikan. Terlebih, penurunan skor nilai ini jauh lebih parah dari UN SMA/SMK.
\"Keluhannya di mana-mana adalah soal yang sulit. Misal siswa diminta untuk menghitung kandungan salju. Ini tidak ada kaitannya sehari-hari dengan kita yang tinggal di garis khatulistiwa,\" kata Riri kepada jurnalis, kemarin (27/5).
Wakil Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bengkulu ini mengungkapkan, selain tingkat kesulitan soal tinggi, cara pelaksanaan UN yang sudah berbasis komputer juga belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa. \"Ini harus jadi cambuk buat kita untuk bisa mengevaluasi agar ke depan bisa lebih baik. UN memang bukan lagi penentu kelulusan siswa, tapi harusnya siswa tetap memiliki motivasi dan pembinaan yang baik,\" ujar Riri.
Kakak Pembina Duta Generasi Berencana BKKBN Provinsi Bengkulu ini juga tak menampik perlunya upaya peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan.
\"Sekarang saya bersama teman-teman Komite III DPD RI terus menggodok UU tentang Guru dan Dosen agar kesejahteraan guru-guru dan tenaga pendidikan kita semakin baik seiring dengan peningkatan kualitasnya,\" ungkap Riri.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy tak membantah adanya penurunan hasil UN SMP 2018 ini. Menurut Muhadjir, hal ini tak terlepas dari adanya soal High Order Thinking Skills (HOTS). Dengan adanya soal-soal HOTS yang dalam menjawabnya dibutuhkan daya nalar tinggi. Muhadjir menambahkan, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan unggul pada abad 21 ini. (151)