BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pengguna uang elektronik (e-Money) di Provinsi Bengkulu memasuki kuartal II 2018 ini baru mencapai 0,6 persen dari jumlah penduduk. Untuk itu, Bank Indonesia (BI) akan semakin gencar mengedukasi masyarakat tentang mudahnya transaksi menggunakan e-money tersebut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengungkapkan, kesadaran masyarakat untuk menggunakan e-Money masih sangat rendah sehingga menjadikan Bengkulu sebagai salah provinsi terendah di Pulau Sumatera dan Jawa dalam penggunaan e-money.
\"Pengguna e-Money di Bengkulu hingga saat ini baru mencapai 0,6 persen dari jumlah penduduk, jumlah ini sangat jauh dibandingkan provinsi lain di Sumatera dan di Jawa,\" ujar Endang, kemarin (10/4).
Masih rendahnya kesadaran masyarakat menggunakan uang elektronik ini tidak lepas dari minimnya infrastruktur yang menyediakan model transaksi tersebut. Hal ini sangat jauh berbeda dengan Pulau Jawa yang sudah banyak infrastruktur yang menyediakan transaksi menggunakan e-money.
\"Di Jawa, sudah ada infrastruktur seperti pembayaran karcis parkir, tol, transaksi daring, pembayaran ojek daring dan toko-toko yang menyediakan pembayaran menggunakan e-money sehingga penggunanya banyak,\" jelas Endang.
Sementara di Provinsi Bengkulu belum memiliki infrastruktur seperti di Pulau Jawa, sehingga tingkat pertumbuhan pengguna e-money juga tidak terlalu signifikan dan masih jauh dari harapan yakni tumbuh 1-1,5 persen seperti provinsi tetangga.
\"Infrastruktur kita masih sangat minim sehingga target pertumbuhan paling tidak sama dengan provinsi lain belum terpenuhi,\" lanjut Endang.
Pemerintah daerah bersama pelaku ekonomi sebenarnya bisa menyiasati hal ini dengan mengalihkan semua belanja pemerintah daerah dari transaksi tunai menjadi metode pembayaran elektronik. Hal tersebut tentu memberikan efek lebih besar lagi terhadap pola transaksi seluruh rekanan pemda, termasuk bagi aparatur sipil negara yang ada di Bengkulu, mereka mulai mengenal dan terbiasa dengan transaksi menggunakan uang elektronik.
\"Pemerintah bisa saja membuat semua anggaran belanja menjadi transaksi nontunai atau menggunakan e-money sehingga pertumbuhan penggunaan e-money bisa meningkat,\" terang Endang.
Tak hanya itu, pihaknya juga mendorong semua perbankan agar menjalin kerja sama dengan pasar-pasar semi modern, seperti mini market dan para pedagang agar mulai menyediakan fasilitas transaksi elektronik sehingga masyarakat bisa beralih dan terbiasa menggunakan e-money.
\"Kami juga menggenjot perbankan untuk aktif bekerjasama dengan pedagang, baik modern dan semi modern untuk menyediakan fasilitas transaksi non tunai agar secara perlahan masyarakat mulai bisa beralih,\" tutup Endang.
Sementara itu, Head Area Bank Mandiri, Bimo Raharjo mengatakan, pihaknya juga gencar mengedukasi masyarakat tentang mudahnya transaksi menggunakan e-money, bahkan pihaknya terus menjalin kerja sama dengan pasar-pasar semi modern seperti mini market dan para pedagang agar mulai menydiakan transaksi elektronik sehingga masyarakat bisa beralih dan terbiasa.
\"Kami sudah gencar lakukan promosi dna sosialisasi mudahnya penggunaan e-money dan menjalin kerjasa dengan pedagang untuk melayani transaksi menggunakan e-money,\" ujar Bimo.
Ia mengaku otimis ke depan masyarakat akan semakin terbiasa dan beralih ke penggunaan e-money yang lebih efisien dan mudah sehingga kedepannya pengguna e-money di Bengkulu akan semakin meningkat.
\"Kami optimis pengguna e-money akan meningkat seiring meningkatnya infrastruktur untuk transaksi nontunai,\" tuutp Bimo.(999)