Dia menjelaskan, mengetahui banyaknya warga yang mengembangkan tanaman ini, para pembelipun secara langsung mendatangi kediaman warga. Baik untuk dijual kembali ke pasar maupun sebagai bahan dasar pembuatan produk olahan yang menggunakan ubi kayu. \"Saat ini warga tidak kesulitan untuk menjual ubi kayu saat panen. Bahkan sebelum masa panen tiba, para pembeli sudah ada yang datang yang menawarkan. Biasanya mereka membeli ubi di sini untuk kembali dijual dalam bentuk kripik, tapai maupun opak. Dalam satu patok saja (ukuran 15 meter persegi), biasanya ditawar oleh pembeli seharga Rp 400-500 ribu,\" tambahnya.
Lebih lanjut diungkapkannya, mendapatkan hasil yang memuaskan, para petani tentu tak sembarang memilih benih ubi kayu. Salah satu yang menjadi unggulan para petani saat ini adalah ubi kayu melati yang memang memiliki kualitas yang berbeda dengan ubi kayu lainnya. Seperti dari ukuran ubi yang dihasilkan serta rasanya yang memang lebih gurih. Selain tak memerlukan waktu panen yang lama, tanaman ubi lebih juga tak membutuhkan perawatan yang sulit. \"Dalam kurun waktu 7 bulan, ubi kayu sudah bisa dipanen dan mendatangkan hasil. Perawatannya pun juga tak sulit, petani hanya cukup memberikan pupuk jenis Urea dan SP36,\" pungkasnya.(135)