Waktu Luang Dapat Membunuh Manusia

Jumat 06-01-2017,12:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Ma’asyiral Muslimin Rahimakulullah…

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling. ”(Al-Hajj: 1) Maha Kuasa Allah yang menciptakan karena bumi sebagai sarana ujian. Kekayaan alam yang begitu melimpah. Sungai-sungai jernih yang melahirkan kehidupan. Hujan yang membangkitkan harapan. Dari situlah, hamba-hamba Allah membuktikan diri: apakah ia sebagai hamba yang konsisten atau dusta. Ada baiknya berhati-hati dengan yang boleh. Tak ada yang tanpa batas di dunia ini. Karena sunnatullah dalam alam, semua tercipta dalam takaran tertentu. Dari takaran itulah, keseimbangan bisa langgeng. Termasuk keseimbangan dalam diri manusia. Kalau keseimbangan goyah, yang muncul adalah kerusakan. Dalam diri manusia, ada tiga keseimbangan yang mesti terjaga: keseimbangan akal, rohani, dan fisik. Satu keseimbangan terganggu, seluruh fisik mengalami kerusakan.

Ketidakseimbangan bukan cuma dari sudut kekurangan. Berlebih-lebihan pun bisa memunculkan ketidakseimbangan. Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis. Di antara urusan fisik adalah makan dan minum.

Allah swt. berfirman, “…makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al- A’raf: 31) Berlebih-lebihan dalam makan dan minum, walaupun halal, bisa memunculkan penyakit. Lebih dari lima puluh persen sumber penyakit berasal dari lambung. Karena itulah, Rasulullah saw. meminta kaum muslimin untuk mengerem makan. Dan cara yang paling bagus adalah dengan puasa.

Nabi Muhammad SAW mengatakan, “berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (Al-hadits). Masih banyak hal boleh lain yang mesti pas dengan takaran. Diantaranya, hubungan seksual suami istri, tidur, dan juga bersantai. Sayangnya, ada kecenderungan manusia senang bersantai. Sudah menjadi sifat dasar manusia memilih jalan yang gampang daripada yang sukar. Lebih memilih santai ketimbang banyak kerja. “Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.” (Al-Balad: 11). Santai pada timbangan yang proporsional memang bagus. Karena itu bermakna istirahat. Dari istirahatlah keseimbangan baru bisa lahir. Dengan istirahat, lelah bisa tergantikan dengan kesegaran baru. Tapi, ketika santai tidak lagi proporsional, yang muncul hura-hura dan kemalasan.

Rasulullah SAW mewanti-wanti para sahabat agar berhati-hati dengan waktu senggang. Beliau bersabda “ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari).

Ada banyak cara menggusur letih dan jenuh. Letih dan jenuh kadang tidak cuma bisa disegarkan dengan santai. Ada banyak cara agar penyegaran bisa lebih bermakna dan sekaligus terjaga dari lalai. Para sahabat Rasul biasa mengisi waktu kosong dengan tilawah, zikir, dan salat sunnah. Bentuk lainnya adalah bermain dengan istri dan anak-anak.

Dari sini, santai bukan sekadar menghilangkan jenuh. Tapi juga membangun keharmonisan keluarga. Rasulullah saw. mengatakan, “Orang yang cerdik ialah yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk terhadap Allah.” (HR. Abu Daud) Dan harus kita sadari betul, ada pihak lain yang mengintai kelengahan kitaPihak lain adalah kelompok manusia yang tidak suka dengan perkembangan Islam. Mereka selalu mengintai kelemahan umat Islam, mengisi rumah- rumah umat Islam dengan hiburan yang melalaikan. Bahkan, mengkufurkan. Masih banyak upaya lain orang kafir untuk menghancurkan Islam. Karena itu, berhati-hatilah dengan waktu luang. Kalau tidak bisa diisi dengan yang produktif, setidaknya, isilah dengan yang tidak melalaikan..

Wallahu’alam. Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.(**)

Tags :
Kategori :

Terkait