Mereka diduga telah menjual ratusan bayi yang lahir di luar nikah. Ketiganya akan dijerat dengan Undang-Undang Anti Perdagangan Manusia dan Anti Penyelundupan Imigran.
Penangkapan dilakukan setelah program 101 East yang disiarkan Al Jazeera membuat laporan khusus tentang praktik jual beli bayi di Malaysia sekitar seminggu lalu. Rabu (30/11) polisi Malaysia membentuk tim untuk menyelidiki praktik ilegal tersebut.
Tim yang terdiri atas 32 orang polisi tersebut merazia tiga klinik dan empat tempat lainnya di Klang, Puchong, Seremban, Sepang, dan Tanjung Sepat. ’’Operasi ini masih berlangsung,’’ ujar Asisten Komisaris Senior di Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Malaysia Rohaimi Md. Isa.
Perempuan 38 tahun yang ditangkap itu muncul dalam laporan yang diunggah Al Jazeera. Dia dipanggil Bonda –dalam bahasa Malaysia, berarti ibu atau bunda. Bonda berupaya menjual bayi kepada jurnalis Al Jazeera yang tengah menyamar.
Harga satu bayi USD 400–USD 7.500 atau setara dengan Rp 5,4 juta hingga Rp 101,2 juta.
Harga setiap bayi bergantung kepada jenis kelamin dan kondisinya. Bayi laki-laki lebih mahal jika dibandingkan dengan perempuan. Warna kulit si bayi juga memengaruhi harga. Semakin putih semakin mahal.
Dalam siaran 101 East, Bonda mengaku kini menampung 78 orang perempuan hamil yang berasal dari Indonesia. Mereka berada di beberapa lokasi yang bersebar di Malaysia. Bonda biasanya mengirimkan foto-foto perempuan hamil tersebut kepada orang yang sangat mungkin bakal membeli bayi. Dia menjamin bahwa ibu biologis si bayi tidak akan mencoba mencari anaknya setelah bayinya terjual.
’’Saya telah berurusan dengan lebih dari seribu orang (perempuan) Indonesia (yang menjual bayinya, Red) tanpa ada masalah. Setelah menyerahkan bayi tersebut, mereka tidak pernah bertanya di mana bayinya,’’ ujar Bonda.
Bayi-bayi yang dijual tidak hanya berasal dari perempuan tenaga kerja Indonesia (TKI), tetapi juga beberapa negara lainnya. Termasuk bayi dari penduduk Malaysia yang hamil di luar nikah. Mereka yang membeli bayi-bayi tersebut adalah pasangan yang tidak kunjung memiliki momongan.
Prosedur adopsi yang rumit di Malaysia membuat mereka memilih jalan pintas dengan membeli bayi secara ilegal. Namun, para aktivis mengatakan bahwa beberapa bayi berakhir di tangan sindikat.
Mereka dibesarkan untuk mengemis maupun dijual kepada orang dengan kelainan pedofilia. (aljazeera/thestar/sha/any/c4/any/jpnn)