Baru-baru ini Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Siti Sa\'diah berhasil menemukan khasiat anyar dari tanaman dengan nama latin Nothopanax scutellanium tersebut. Bersama ketiga rekannya, ia menamai hasil risetnya itu D2N.
“Nama D2N diambil dari inisial huruf kami yang menciptakannya. Diah (Siti Sa\'diah), Dwi dan Nina,” terang Siti Sa\'diah saat ditemui di Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Jalan Taman Kencana, Kota Bogor, kemarin (13/10).
Temuannya tersebut di klaim sebagai penyubur rambut alami. Karena dalam ujicoba yang dilakukan kepada dua ekor kelinci yang sengaja digunduli, ternyata ada perbandingan dari kedua kelinci yang salah satunya memakai sari daun mangkokan dan yang satunya tidak.
“Pengujian klinik yang baik itu harus dengan tata cara yang benar. Tapi sampai saat ini belum ada yang sudah pakai merasa gatal atau iritasi,” jelas Diah.
Jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal, kata Diah, harus melewati beberapa proses ekstraksi. Tahap yang pertama, daun tersebut direndam dalam satu pelarut.
Setelah itu zat aktif yang dihasilkan dari ekstraksi diambil, kemudian diuapkan lagi sehingga keluar sari.
“Setelah sari tersebut didapatkan, barulah proses ekstraksi selesai dan sudah bisa digunakan,” ujar Diah.
Untuk bisa menghasilkan satu kilogram sari mangkokan, diperlukan 10 kilogram daun kering. Dia mengaku kesulitan mendapatkan daun mangkokan. Karena sampai saat ini tidak ada yang membudidayakan daun tersebut.
“Meskipun susah nyari bahan baku, tapi saya tetap coba produksi dengan skala terbatas. Juga sebagai bentuk ujicoba kepada masyarakat yang memakainya,” kata Diah. (cr3/c/sam/jpnn)