Hal itu dilakukan karena pemerintah berancang-ancang melebarkan defisit anggaran hingga ambang batas maksimal 2,7 persen.
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengakui, pemerintah memang mendiskusikan pelebaran defisit dari 2,5 persen produk domestik bruto (PDB) menjadi 2,7 persen.
Utang ditambah melalui lelang surat berharga negara (SBN) dalam mata uang rupiah.
’’Tidak ada penerbitan di luar negeri. Penambahan juga bisa dilakukan melalui penawaran private placement,’’ ucapnya.
Lelang SBN untuk memenuhi proyeksi defisit 2,7 persen diprediksi selesai pada November. Hal itu berkat percepatan lelang proyek (front loading) pada awal tahun ini.
Pengamat ekonomi Indef Eko Listiyanto menilai, pelebaran defisit dibutuhkan. Sebab, kondisi perekonomian global dan domestik belum membaik.
Angka pertumbuhan ekonomi juga belum berubah. Sementara itu, belanja pemerintah diperbesar.
Berdasar pengalaman-pengalaman sebelumnya, realisasi defisit umumnya jauh dari target.
Tahun lalu defisit anggaran ditetapkan 1,9 persen, tapi terealisasi 2,5 persen. Angka tersebut dinilai moderat karena berkaitan dengan kredibilitas fiskal,’’ paparnya. (ken/c16/noe)