JAKARTA – Kementerian ESDM masih mencari solusi paling pas untuk mengatasi mahalnya harga gas industri.
Berbagai formula dibeber dengan target harga gas industri bisa turun hingga USD 6 per juta kaki kubik (mmbtu).
Mekanisme yang akan dipakai adalah pemangkasan biaya (cost structure) di level hulu dan pembatasan keuntungan (regulated margin) di hilir.
Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan, efisiensi di sektor hulu gas ditargetkan mampu menurunkan harga gas industri hingga USD 2 per mmbtu.
Pemangkasan biaya akan mempertimbangkan lokasi lapangan gas dengan konsumen hingga volume gas yang diproduksi.
Harga gas dari lapangan yang sudah berproduksi lama dan telah mencapai nilai keekonomian (mature fields) akan dibedakan dengan lapangan gas yang baru berproduksi.
”Jadi, harga (jual gas, Red) bisa ditekan karena modal yang dikeluarkan investor sudah kembali,” terang Wirat.
Kementerian ESDM dipastikan tidak menutup mata bahwa harga gas industri mahal sejak di hulu.
Karena itu, pemerintah berencana memangkas biaya-biaya. Namun, penurunan biaya di tingkat produsen gas tidak bisa signifikan dirasakan konsumen industri.
Karena itu, tata niaga gas juga perlu ditata ulang sehingga harga jual ke konsumen bisa lebih rendah. Cara yang paling mudah digunakan adalah pembatasan margin pedagang perantara (trader) gas.
Margin trader gas perlu diatur pemerintah karena ada trader yang mematok fee kelewat tingginya.
Padahal, nilai investasi infrastruktur yang dibangun trader tersebut tidak seberapa besar.
’’Kalau bangun pipa distribusi cuma 2 kilometer, fee-nya nggak mungkin sampai USD 4 per mmbtu,’’ ungkap Wirat.
Margin yang teregulasi, lanjut dia, akan dibarengkan dengan aturan tentang transmisi gas.
Pemerintah akan memastikan hitungan nilai pengembalian investasi (internal rate of return) distributor gas tetap menarik sehingga trader tidak dirugikan.
Lantaran formulanya masih dimatangkan, Wirat belum bersedia buka-bukaan. Guru besar ITB itu juga tidak bisa menjanjikan kapan dua mekanisme itu bisa diterapkan. ’’Tunggu saja. Masih dibahas,’’ katanya. (dim/c10/noe)