BENGKULU, BE - Lima warga Desa Air Dingin Kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong yang terlibat aktivitas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah akhirnya dipulangkan. Mereka tiba sekitar pukul 17.30 WIB Jum\'at (26/2) kemarin di Bandar Udara Fatmawati Bengkulu.
Kelima warga Lebong yang merupakan satu keluarga ini yakni Abdul Jalil Amran (54), Syaripah (53), Hanif Madani (22), Rafika Khairah (19), Alya Karima (16) tersebut dipulangkan Pemerintah Kabupaten Sigi setelah dua minggu mendapatkan pembinaan dan pengawasan.
Kepala Kesbangol dan Linmas Kabupaten Lebong, Drs H Heriyantono menyambut secara langsung lima warga Kabupaten Lebong tersebut di Bandara Fatmawati Bengkulu. Dikatakan Heriyantoni, pihaknya secara baik menyambut warga Kabupaten Lebong tersebut yang dipulangkan dari Kabupaten Sigi tersebut.
\"KIta secara baik menyambut warga kita, bahkan Senin (29/2) nanti kita akan mengurus surat kepindahannya dari Kabupaten Sigi. Kita harapkan masyarakat Kabupaten Lebong dapat menyambut secara baik mereka di Desa Air Dingin,\" kata Heriyantoni.
Selain itu, perwakilan Pemerintah Kabupaten Sigi, Drs Sjukri Labalado yang ditemui BE di bandara kemarin menjelaskan bahwa kepulangan lima warga tersebut merupakan kehendak dari yang bersangkutan. Namun sebelumnya Pemerintah Kabupaten Sigi telah memberikan pembinaan dan pengawasan. Diungkapkan Sjukri, awalnya Pemerintah Sigi mendapatkan informasi adanya warga pindahan Kalimantan yang tergabung dalam organisasi gafatar. Mendapatkan informasi tersebut Pemkab Sigi langsung mencari dan mendapatkan lima warga tersebut.
\"Setelah itu, sebelum kita pulangkan tadi mereka sudah kita berikan pembinaan, ceramah agama, dan pengawasan hingga akhirnya mereka meminta untuk pulang ke Desa Air Dingin Lebong. Untuk itu, kita langsung memfasilitasi warga tersebut untuk pulang ke Bengkulu,\" ungkap Sjukri.
Selain itu, Abdul Jalil Amran (54) yang diwawancarai BE kemarin saat tiba di bandara mengatakan bahwa dirinya sebelum sampai di Kabupaten Sigi, awalnya mereka tinggal di Provinsi Aceh. Setelah itu mereka berangkat ke Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Tak lama di Jakarta, mereka pindah ke Kalimantan Timur hingga akhirnya ke Kabupaten Sigi. Diakuinya, selama di Kabupaten Sigi, dirinya yang mengaku tergabung dalam organisasi Gafatar tersebut secara rutin melakukan kegiatan sosial seperti donor darah dan kegiatan ketahanan pangan.
Jalil dan kelompoknya mencoba mengelola lahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup, lahan tersebut dihibahkan oleh penduduk desa kepada kami sekitar 20 Hektar. Diolah bersama-sama selama 6 bulan, serta hidup berkelompok saling tolong menolong dilokasi lahan tersebut.
\"Anggota kelompok di Kalteng sebanyak 48 keluarga, 182 orang WNI. Sebagian besar adalah warga asli Sulteng,\" tuturnya.
Jalil berada di Lebong tidak terlalu lama, dari Lebong lalu Jalil pergi ke Aceh, dari Tahun 1985-2002 ia di Aceh. Karena ada konflik berkepanjangan, yakni adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saya pindah ke Jakarta.
\"Saya mencari aman di Jakarta, namun tak lama uang atau dana hidup saya habis. Lalu ke Sulawesi, serta terakhir di Kalimantan Tengah,\" jelasnya.
Jalil dan kelompoknya diberi pembinaan oleh Pemerintahan Daerah Kalteng, agar dapat mejadi masyarakat yang seutuhnya dan tidak menyimpang dari agama.
\" Pesan kesbang Sigi adalah pembinaan, pengawalan, pencerahan dan pembekalan. Sehingga dapat bisa kembali bermasyarakat dan kembali ke kampung halaman,\" pungkasnya.
Diketahui, dalam penjemputan kelima warga Lebong dari Kabupaten Sigi tersebut dikawal oleh Kesbangpol Kabupaten Sigi, Dinas Sosial Kabupaten Sigi, Polres Sigi, dan Kodim Sigi. Dari Provinsi Bengkulu sendiri turut hadir Wakil Gubernur Bengkulu DR H Rohidin Mersyah, Kesbangpol Provinsi Bengkulu, Polda Bengkulu dan Kesbangpol Kabupaten Lebong.
Sementara itu Wagub Dr H Rohidin Mersyah MM mengatakan secara terbuka menerima kembali mereka. Ia pun mengaku bersyukur warga eks Gafatar tersebut diberi kesadaran sehingga bisa kembali ke kampung halaman.
\"Kedua saya berpesan, jangan merasa terasing di tempat tinggalnya. Kedepannya harus berhati-hati pada paham-paham dan ajaran-ajaran yan berbeda, agar tidak terjerumus lagi,\" lengkapnya.
Rohidin juga berpesan harus diputus semua jaringan komunikasi dengan eks Gafatar. Supaya tidak terpengaruh kembali sebagai masyarakat harus memberikan dukungan moral. Ia pun menyebutkan masih ada 6 orang eks Gafatar asal Bengkulu di Kementerian Sosial Jakarta. Mereka juga mengirimkan pesan meminta pulang ke Bengkulu.
\"Nanti akan kita pikirkan, segera kami proses administrasi dan yang lainnya,\" ungkapnya. (cw3/777)