JAKARTA - Hingga Sabtu (22/8), ada tambahan 15 kasus baru MERS CoV dan 3 orang meninggal dunia. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kabalitbang Kemenkes), Tjandra Yoga Aditama menyebutkan, dalam kasus terbaru terdapat petugas kesehatan yang sakit (expatriat) dan warga Saudi yang berusia 109 tahun.?
“Jadi jumlah total kasus MERS CoV di Arab Saudi meningkat lagi hari ini menjadi 1134 (?sebelumnya 1115)? dan jumlah kematian total menjadi 486 (sebelumnya dari 480),” ungkapnya.
Ia menegaskan, beberapa hal yang harus diperhatikan, khususnya jamaah haji adalah menjaga atau tidak kontak dengan binatang unta. Pertama pada tahun ini, menurutnya direncanakan melarang pemotongan hewan unta sebagai kurban. Pasalnya data dari pemerintahan Arab Saudi menunjukkan lebih dari 50 persen unta di Arab Saudi mengandung virus MERS CoV.
“Unta (utamanya yang muda) dapat menularkan virus MERS CoV sampai jarak 1 meter, jadi mohon jamaah Haji kita jangan dekat-dekat dengan unta,” jelasnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau kepada jemaah yang belum berangkat ke tanah suci, sebaiknya kembali memeriksakan kesehatan mereka secara rinci ke dokter. Hal itu bertujuan untuk dapat mendeteksi kemungkinan adanya penyakit.
Dengan demikian, menurutnya masih ada waktu untuk mengatasinya. Dari data pasien MERS CoV menunjukkan sekitar 60 hingga 70 persen adalah mereka yang sudah memiliki penyakit penyerta sebelumnya atau disebut ko-morbid.
“Jamaah dengan penyakit penyerta seperti gangguan paru kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi, maka perlu ekstra hati-hati dan dengan lebih seksama mempersiapkan pencegahan dan penanganan penyakit seperti membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci,” ungkapnya.
Masih ujar Tjandra Yoga Aditama, alangkah baiknya calon jamaah bisa meminta surat keterangan kesehatan kepada dokter. Supaya ketika berada bersama rombongan kloter, dokter kloter bisa mengetahui riwayat kesehatan.
Jamaah yang sudah mengetahui siapa dokter kloter atau dokter rombongan (haji reguler), menurutnya untuk segera memberitahukan masalah kesehatannya. Caranya dengan menunjukkan surat dari dokter yang biasa merawatnya.
Yang tidak kalah pentingnya, dikatakan Tjandra adalah mempersiapkan kesehatan dengan melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki sebanyak 3 hingga 4 kali per minggu. Hal itu sangat penting, karena dalam perjalanan haji nantinya minimal ada empat rute jalan kaki yang cukup jauh, yaitu tawaf, sa’i, jalan dari hotel/pondokan ke masjid, dan jalan dari kemah di Mina ke tempat melontar jumroh serta jalan ketika ziarah.
“Ini menjadi sangat penting, karena kesehatan fisik dapat mendukung saat melkasanakan ibadah haji dan tentunya untuk beradaptasi dengan cuaca panas sebaiknya olahraga dilakukan di siang hari,” ucapnya.
Persiapan lain yang perlu diketahui oleh jamaah khususnya jamaah yang berangkat bersama orangtua yang berusia lanjut, (lansia) bahkan yang tengah sakit. Ia, menurut Tjandra benar-benar siap baik kebugaran maupun pengetahuan tentang menyewa kursi roda atau kemungkinan ikut safari wukuf dan lainnya.
“Yang terpenting sebelum berangkat adalah untuk mulai mengenal dan mempelajari tentang fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di Arab Saudi. Yaitu mulai dari petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), ataupun lokasi RS Arab Saudi yang diperlukan untuk rujukan,” tuturnya.
Sementera itu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Abdul Djamil mengatakan, pada penerbangan kloter pertama setidaknya ada 319 petugas yang stand by di bandara Madinah, hotel di wilayah Madinah dan Mekkah.
Mereka bertugas untuk menjemput jamaah. “Jadi kita sudah mengkordinasikan di sana, menyambut kloter pertama di bandara Madinah, untuk selanjutnya akan dibawa ke hotel-hotel,” ujar Abdul Djamil.
Ia menuturkan, setibanya di Madinah, jamaah akan mengikuti sejumlah pengecekan bagasi dan imigrasi. Setelah itu, para petugas akan mengantarkan jemaah ke pemondokan, selanjutnya jemaah akan melaksanakan ibadah arbain di Masjid Nabawi selama 8 sampai 9 hari di sana.
“Alhamdulillah pemondokan berada di wilayah markaziyah, wilayah yang ke Masjid Nabawi itu dekat,” tuturnya. (nas)