JAKARTA, BE - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau kepada para jemaah haji Indonesia untuk menjaga kesehatan. Pasalnya, saat ini di Arab Saudi tengah memasuki musim kemarau yang akan menyebabkan cuaca panas. Selain itu, para jemaah haji juga diminta waspada terhadap penyebaran virus MERS-CoV dan Ebola. \"Ada tiga aspek dari segi kesehatan yang perlu diperhatikan secara khusus, yaitu cuaca yang akan cukup panas selama musim haji ini, kewaspadaan terhadap kemungkinan MERS CoV dan yang terakhir pembangunan Masjidil Haram serta sarana umum lainnya yang sedang dilakukan,\" ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama melalui pesan singkatnya, Senin (10/8). Dia menjelaskan, cuaca panas di Arab Saudi dapat berhubungan dengan tiga hal, yaitu kemungkinan heat stroke, kemungkinan dehidrasi dan penurunan daya tahan tubuh. \"Untuk MERS-CoV kita kenal luas sebagai penyakit yang masih terus terjadi di Arab Saudi. Sampai awal Agustus ini di dunia ada 1.382 kasus MERS-CoV, 493 diantaranya meninggal dunia, sementara kasus terakhir bulan Juli 2015 adalah 8 orang MERS CoV dari Arab Saudi,\" ungkapnya. Selain MERS-CoV, jemaah haji juga diminta mewaspadai penyakit Ebola, meski jumlah kasusnya sudah turun tajam di Afrika. Sementara, faktor yang terakhir adalah proses pembangunan yang tentunya akan di atur baik pada saat puncaknya waktu ibadah. Hal itu tentu akan mempengaruhi keleluasaan lapangan dan penuhnya tempat dimana jamaah melakukan ibadah dan aktifitas lainnya. \"Ini sangat memerlukan konsentrasi dan perhatian khusus pula, belum lagi kalau sekiranya ada debu,\" pungkasnya. Sementara, Menkes, Nila F. Moeloek mengatakan, jemaah haji untuk menghindari unta. Jadi, jemaah tidak perlu pergi ke peternakan unta dan minum susu unta yang belum dimasak. Selain itu, sambung dia, kontaminasi MERS-CoV sering terjadi di Rumah Sakit (RS). \"Kami meminta jemaah untuk menjaga perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan, pakai masker, dan makan yang cukup. Mereka juga tidak perlu ke RS bila tidak ada sesuatu, karena disana tempat penularan,\" jelasnya. Nah, untuk jemaah haji yang jatuh sakit dan harus diopname saat menunaikan ibadah haji. Pemerintah Indonesia mempunyai Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) di Jeddah, Mekah, dan Medinah. Ketika ada jemaah yang sakit dengan penyakit berat, sudah ada sistem di Arab Saudi. selain itu, pemerintah juga akan menanggung semua biayanya seperti Jaminan Kesehatan Nasional. \"Jadi, bila ada (jemaah) yang masuk ke RS, pemerintah gratiskan (biayanya) dan sampai dia bisa dibawa ke tanah air. Tapi, tentu kami tidak berharap sampai tidak bisa pulang kembali,\" imbuhnya. 142 CJH Terancam Pada penyelenggaraan haji tahun 1436 H / 2015 M, Kementerian Agama (Kemenag) akan memberangkatkan sebanyak 168.800 jemaah haji yang terbagi dalam 375 kelompok terbang (kloter). Kloter pertama akan berangkat pada 20 Agustus 2015, sementara kloter terakhir diberangkatkan pada 17 September 2015. Dari jumlah tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah melakukan check kesehatan calon jemaah haji (CJH) yang sudah dilakukan selama 9 bulan terakhir. Yakni, melalui puskesmas hingga Rumah Sakit (RS) rujukan dari masing-masing daerah asal CJH berada. Setelah pemeriksaan, para jemaah akan mendapatkan kategori lampu hijau, lampu kuning, maupun lampu merah. Hasilnya, sebanyak 142 calon jemaah haji masuk kategori lampu merah atau menderita penyakit yang bisa membahayakan kesehatan bila tetap berangkat ke Tanah Suci. \"Setelah pemeriksaan, ternyata ada yang menderita penyakit berbahaya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Agama untuk menunda keberangkatan mereka apabila penyakitnya memang berat,\" ujar Menkes Nila F. Moeloek di Gedung Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Selasa (11/8). Hanya saja, sambung Nila, jemaah haji yang ditunda keberangkatannya karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan akan mendapatkan prioritas untuk berangkat haji di tahun mendatang. \"Selama penundaan ini, diharapkan kondisi kesehatannya bisa membaik, sehingga bisa berangkat di tahun mendatang,\" kata Nila. Sementara, Menag Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan, khusus bagi jemaah haji yang memiliki penyakit resiko tinggi (risti), sudah ada kesepakatan dan masukan dari ulama. Bahwa istitha\'ah (kemampuan) yang menjadi syarat seseorang berhaji, termasuk mengenai kondisi kesehatan. \"Kalau kondisi kesehatan tidak memungkinkan kami akan menunda jemaah, untuk tidak berangkat haji tahun ini dan mendapatkan dua kali tahun ke depan dapat prioritas Untukj Sekarang belum ada, kita masih memantau dan mendampingi sampai pada hari dimana H-3 atau H-7, menentukan apakah yang bersangkutan (Jemeaah) mungkin pergi haji atau harus ditunda,\" tandas Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini. (wmc)
CJH Diminta Waspada Virus MERS-CoV dan Ebola
Rabu 12-08-2015,10:40 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :