Dari Peringatan Hari Bhayangkara di Mapolres Bengkulu
Masih dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara yang ke-69 dengan makna melalui revolusi mental, Polri siap memantapkan soliditas dan profesional. Untuk mewujudkan revolusi mental itulah, Polres Bengkulu mengadakan seabrek kegiatan.
Rabiatu Fadilah, Kota Bengkulu
Kemarin (02/07) sekitar pukul 17.00 WIB, puluhan anak panti berkumpul di Mapolres Bengkulu. Ini dalam rangka menghadiri acara buka bareng Polres Bengkulu hingga acara bedah Alquran yang menghadirkan ustad kondang dari Jakarta, yakni Cak Nur.
\"Jadi ini serangkaian kegiatan ulang tahun Polri, jadi ini kegiatannya ada syukuran, kita mengundang yayasan, anak yatim, salat bareng, makan bareng di sini. Minimal untuk senang-senanglah,\"jelas Kapolres Bengkulu AKBP Ardian Indra Nurinta SIK.
Selain buka bareng, kata dia, Polres juga mengadakan bedah Alquran yang sesuai dengan motto dan makna Bhayangkara yang ke- 69 yaitu revolusi mental. Revolusi mental sendiri sangat perlu dengan metode-metode bedah Alquran menjawab.
\"Jadi, dengan mengikuti bedah Alquran ini sangat bagus, karena bisa membuka pikiran kita,\"imbuhnya.
Sementara itu, Cak Nur yang memberikan wejangan mengenai bedah Alquran mengatakan revolusi mental menurut Alquran sendiri yakni dengan melihat kehidupan Nabi Muhammad SAW. \"Ahmad bin Abdullah sebelum menjadi nabi, dia menjadi salah satu ketua Darunap 2 atau sama dengan DPR, tapi dia mengundurkan diri, karena melihat sikon Arab sedang bergejolak,\"ceritanya.
Tambahnya, saat ia keluar, Jibril pun datang dan menyuruh Iqra atau baca. Selama ini wahyu adalah sebuah kebenaran yang diambil dari sudut pandang pribadi dan kelompok. Jadi sampai kapanpun Musa tidak akan bagus menurut Firaun, Isa tidak akan pernah bagus menurut Herotis.
\"Begitu juga dengan di Indonesia, seperti SBY tidak bagus menurut partai lain, tapi bagus menurut Demokrat. Karena dalam cara memandang itu berdasarkan kelompok dan pribadi. Dan itu pakai wahyu,\"jelas Cak Nur.
\"Jadi kalau kita bicara mental, tidak bisa disangkut pautkan dengan pendidkan. Mau setinggi apapun pendidikannya, kalau dia bejat ya bejat aja. Karena mental adalah sebagai beraninya dan revolusi itu sebagai kecepatan tinggi,\" ungkapnya.
Jika suatu umat ingin bagus, maka yang perlu di percepat dan dibaguskan adalah mentalnya atau keberaniannya. Yakni keberanian untuk bisa meninggalkan kebiasaan buruk, seperti tidak mencuri, tidak zina, tidak berbohong dan tidak durhaka sama orang tua. (927)